Kaya Cara Nabi

Mengapa orang Islam harus kaya? Karena Nabi Saw. berpesan, Kefakiran lebih dekat dengan Kekufuran. Karena fakir, seseorang rela mencuri. Karena fakir, seorang wanita menjual diri. Karena fakir, seorang bapak membunuh diri dan keluarganya. Karena fakir, seseorang berpindah agama. Oleh karena itu, zakat memiliki peran yang sangat penting.  Sehingga, sangat mulia kedudukan seorang Muslim yang kaya, berakhlak baik dan rendah hati. Intinya, Nabi menganjurkan umat Islam menjadi umat yang tangguh.

Buku ini mengubah cara pandang kita tentang pentingnya menjadi kaya dan menjauhi kemiskinan dengan meneladani cara-cara Nabi.

Dudun Hamdalah (Dudun Parwanto) lahir di Surakarta, 20 Maret 1974. Anak ketiga dari pasangan H. Soekirno dan Solikati ini sejak kecil mempunyai hobi membaca dan menulis. Ia menghabiskan masa kecil hingga remaja di kota kelahirannya. Tahun 1981, pria yang karib dipanggil Dudun ini masuk SD Negeri 86 Surakarta dan lulus tahun 1987. Kemudian, ia melanjutkan ke SMP Negeri 3 Surakarta dan selesai tahun 1990. Selepas itu, Dudun belajar di SMA Negeri 7 Surakarta dan lulus tahun 1993.

Sejak tahun 1994, Dudun masuk Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang. Di sini, kegemarannya menulis mulai terasah. Pada 1995, ia tergabung dalam pengurus koran kampus Manunggal Universitas Diponegoro. Artikel pertama yang berjudul Tahun Baru, Apanya yang Baru tahun 1995 adalah karya pertama yang dimuat di harian Suara Merdeka. Selanjutnya, hampir setiap bulan, tulisannya baik dalam bentuk esai, kolom maupun artikel menghiasi harian nomor satu di Jawa Tengah itu. Beberapa tulisannya juga pernah dimuat di harian Bernas, Solo Pos dan Wawasan.

Buku pertama yang dikerjakan bersama tim adalah Kartini-Kartini Jawa Tengah yang diterbitkan PT Cipta Sarana, Semarang tahun 1996. Pada 1997, karya tulisnya berjudul Kiat Pemenangan Pemilu Partai Golkar menjadi Juara Harapan I Lomba Karya Tulis Golkar Tingkat Jawa Tengah. Tahun 1998, tulisan ilmiahnya bertitel Upaya Melestarikan Wayang Orang Ngesti Pandowo Semarang berhasil menjadi finalis pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional Tahun 1998 di Semarang. Buku berjudul Ali Yang Shaleh menjadi Juara I Penulisan Cerita Fiksi Anak Keagamaan 2003 Tingkat Nasional yang diadakan oleh Litbang Departemen Agama dan telah diterbitkan. Novel anak berjudul Bocah Kuat telah diterbitkan oleh Penerbit Mizan Bandung pada 2004.

Memulai kariernya di majalah GAMMA sebagai reporter tahun 2001, setahun kemudian GAMMA bubar, Dudun pindah ke majalah GATRA pada awal 2002. Di majalah mingguan berita tersebut, ia hanya bertahan satu tahun. Tahun 2003, Dudun turut bergabung dalam mendirikan Tabloid Haji Indonesia sebagai staf redaksi. Pada musim haji 2004, ia mendapat amanat menjadi petugas haji Bidang Media Center Haji PPIH Arab Saudi, Daerah Kerja Jeddah. Tahun 2005, ayah dari Aliya Putri Shafrida dan Nurul Rahmadhani ini berwiraswasta dengan mendirikan CV Bianglala Kreasi Media di Jakarta, perusahaan yang bergerak dalam bidang penulisan buku dan buletin internal. Pada 2008-2011, Dudun bekerja sebagai Asistant Manager Program Acquisition di Telkomvision Jakarta.

Saat ini, bersama rekan-rekannya, ia membangun usaha sekolah menulis Writer Academy, sekolah Entertainment Funs House, sekolah wirausaha Entrepreuner Learning Center