Mata Air Keteladanan
4.04 avg rating - 69 Goodreads ratings
Rp 125.000
Hemat Rp 6.250
Rp 118.750
Judul
Mata Air Keteladanan
Penulis
No. ISBN
9789794338308
Penerbit
Tanggal terbit
Maret - 2014
Jumlah Halaman
672
Berat
500 gr
Jenis Cover
Soft Cover
Dimensi(L x P)
-
Kategori
Sosial-Politik
Bonus
-
Text Bahasa
Indonesia ·
Stok Tidak Tersedia
DESCRIPTION
ENDORSEMENT COVER BELAKANG
Buku ini kelanjutan buku Yudi Latif sebelumnya, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila (2011). Baik dalam buku pertama tentang pendalaman aspek sejarah, rasionalitas dan aktualitas Pancasila maupun buku kedua tentang keteladanan para tokoh yang sudah almarhum maupun yang masih aktif seperti Jokowi dan Rismaharini, Yudi Latif menunjukkan kedalaman analisis, lengkapnya referensi pustaka dan keseriusan komitmennya sebagai ilmuwan sekaligus aktivis. Yudi menjabarkan Pancasila sebagai ideologi terbuka-nya N. Driyarkara. Menawarkan keteladanan tokoh-tokoh berkarakter, terkategorisasi dalam kelima sila masing-masing. Merekalah sumber mata air keteladanan Pancasila dalam perbuatan. Pembinaan dan pengembangan karakter tidak hanya dalam pengetahuan, tetapi dalam perbuatan. Merekalah sosok-sosok yang menghargai perbedaan, manusiawi dan santun, mencintai tanah airnya, demokratis, adil dan solider.
Dr. (HC) Jakob Oetama,
Perintis dan Pendiri Kompas Gramedia
Dr. (HC) Jakob Oetama,
Perintis dan Pendiri Kompas Gramedia
Suatu bangsa dapat bertahan di tengah tsunami peradaban adalah karena memiliki kecerdasan dan kearifan yang mengalir dari mata air keteladanan para pendahulunya. Di tengah kemarau budi pekerti dan tuna aksara moral yang melanda bangsa dewasa ini, Yudi Latif menunjukkan mata air keteladanan yang memancar dari berbagai wilayah negeri. Saya bersyukur sejumlah sosok teladan yang dikisahkan ada juga yang berasal dari lingkungan Muhammadiyah, selain dari komunitas-komunitas keagamaan lainnya. Buku ini dapat menjadi lentera menuju jalan keluar ke gerbang Indonesia berkemajuan. Maka, buku ini penting dan bermanfaat untuk dibaca.
Prof. Dr. Din Syamsuddin,
Ketua Umum PP Muhammadiyah
Prof. Dr. Din Syamsuddin,
Ketua Umum PP Muhammadiyah
Dalam Muktamar tahun 1936 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, NU menegaskan Islam dan Nasionalisme saling memperkuat dan tidak bertentangan. Karena itu, NKRI, Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika itu harga mati. Ditegaskan lagi dalam Resolusi Jihad tahun 1945, membela Tanah Air adalah jihad fi sabilillah. Kembali ditegaskan di Musyawarah Nasional tahun 1983 di Situbondo, Jawa Timur, NU mengatakan negara kebangsaan, NKRI sudah final. Buku ini berisikan contoh nyata, teladan tokoh-tokoh bangsa yang mengamalkan Pancasila dengan baik dan benar, sudah jelas sangat layak dibaca.
Dr. K.H. Said Aqil Siroj, MA,
Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama
Di tengah wacana krisis keteladanan dan etika moral Pancasila, buku ini seolah ingin membuka mata hati dan pikiran kita terhadap berbagai teladan dan perilaku Pancasila yang sesungguhnya ada di hadapan kita. Kejelian dan ketekunan Yudi Latif sebagai penulis mampu mengungkap keteladanan para tokoh masyarakat, mulai zaman kemerdekaan hingga era Reformasi, secara gamblang. Penyajian dan uraian mendalam dengan penekanan aspek afektif dan konatif (tindakan), tentang berbagai tindakan para tokoh ternama maupun tokoh yang terabaikan oleh publikasi, telah memberikan ilustrasi penuh makna betapa implementasi keteladanan dan moral Pancasila sesungguhnya ada dan bertebaran di sekeliling kita, namun tertutup oleh arogansi sikap dan warta skandal.
Buku ini ibarat mata air di tengah padang pasir yang dapat menghapus sikap sinis yang berkembang sekaligus membangkitkan kembali optimisme terhadap keteladanan dan moral Pancasila yang didambakan masyarakat luas. Bagi kalangan muda, mulai dari pelajar hingga mahasiswa yang haus dan merindukan sikap keteladanan, buku ini layak dijadikan inspirasi untuk pengembangan pribadi, watak dan karakter yang sejalan dengan moral Pancasila sesungguhnya. Penulis telah membuktikan bahwa keteladanan dan moral Pancasila belum sirna dari bumi Nusantara tercinta. Kita hanya perlu mengembangkan kepedulian dan cermat mengamati serta menilai secara jujur tanpa prasangka terhadap berbagai dinamika lingkungan yang berkembang seperti yang diungkapkan penulis dalam buku ini.
Prof. Dr. Budi Susilo Soepandji,
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional RI
Di tengah krisis keteladanan, buku ini memberi inspirasi dan kepercayaan diri kepada kita bahwa pengamalan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat diwujudkan. Pejabat publik dan pegawai aparatur sipil negara wajib membaca buku ini.
Prof. Dr. Agus Dwiyanto,
Kepala Lembaga Administrasi Negara
Lebih dari sekadar inspiratif, buku ini sungguh kaya keteladanan. Penulis sangat lengkap memotret para teladan Pancasila, mulai dari kisah para pelopor Republik di tengah gegap gempita revolusi, hingga pengalaman rakyat awam yang sepi pemberitaan. Buku ini wajib dibaca bagi semua orang yang ingin memahami Pancasila sebagai filosofi yang hidup, bukan sekadar teks. Moral is not taught but caught, tidak cukup diajarkan tapi perlu dihadirkan dengan keteladanan.
Surya Paloh, Chairman Media Group
dan Penggagas Gerakan Restorasi
Yudi Latif, sedikit intelektual yang sangat produktif. Dalam buku ini, ia mampu menghadirkan kisah teladan para tokoh perajut dan pendiri bangsa dalam sentuhan pengalaman riil, mengisi rongga batin pembacanya yang dikemas dalam butiran nilai Pancasila secara utuh. Itu sangat berharga bagi guru yang telah lama merasakan krisis keteladanan dan kesulitan mengajarkan moral Pancasila secara tepat dan bernas. Dengan membaca buku ini, para guru akan dapat bertutur kepada muridnya, meneladani pesan moralnya, dan dapat menjadi sumber inspirasi bagi perilaku para muridnya ketika di masyarakat. Buku ini sangat baik dibaca oleh para guru, calon guru, orangtua, politisi, dan pemimpin di berbagai tingkat dan bidang.
Dr. Sulistiyo, M.Pd.,
Ketua Umum Pengurus Besar PGRI
Buku yang harus dibaca oleh siapa pun yang peduli akan pengejawantahan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Keteladanan yang sekarang ini merupakan komoditas yang sangat langka di negeri ini berhasil diangkat dalam buku ini melalui tokoh-tokoh bangsa Indonesia yang lintas budaya dan agama dalam referensi pengamalan Pancasila melalui perannya masing-masing.
Bahrul Hayat, Ph.D.,
Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI
TENTANG PENULIS
Yudi Latif adalah Ketua Harian Pusat Studi Pancasila, Universitas Pancasila, Jakarta. Ia menyelesaikan pendidikan doktoralnya di The Australian National University (ANU), Australia. Salah satu karyanya yang monumental adalah Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila (2011). Dalam rangka memperingati 44 tahun Media Indonesia (2014), buku ini dinobatkan sebagai salah satu dari 44 buku yang membawa perubahan dan mengubah Indonesia. Pergumulannya dalam pemikiran kebangsaan dan kemanusiaan membuatnya menerima sejumlah penghargaan: IFI (Islamic Fair of Indonesia) Award pada Desember 2011, untuk ketegori intelektual muda paling berpengaruh; Ikon Politik Indonesia tahun 2011 dari majalah Gatra; Nabil (Nation Building) Award pada Oktober 2012 dari Yayasan Nabil, sebagai pengakuan atas perjuangan dan pemikiran dalam menegakkan Pancasila sebagai sumbangan bagi nation building; Megawati Soekarnoputri Award pada Desember 2012, sebagai penghargaan dalam memperjuangkan nilai-nilai kebangsaan dan kemajemukan; dan Penghargaan Ilmu Sosial 2013 dari Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS).
KONTRIBUTOR & EDITOR
Idi Subandy Ibrahim adalah peneliti media dan budaya populer. Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di Bidang Ilmu Jurnalistik di Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, sementara pendidikan magisternya di Bidang Komunikasi Politik (lulus dengan predikat cum laude) di Universitas Indonesia. Sekarang, Idi sedang merampungkan pendidikan doktoral (S3) di Universitas Indonesia. Idi telah menyunting dan menulis beberapa buku. Sebelumnya, ia mengajar mata kuliah Penulisan Kreatif di Fikom Universitas Islam Bandung. Ia juga pernah diminta sebagai reviewer untuk tulisan beberapa peneliti dan ilmuwan yang akan dimuat di beberapa jurnal internasional terkemuka khusus untuk tema terkait budaya media dan budaya populer.
Yosal Iriantara adalah seorang dosen dan peneliti yang mendalami masalah media literasi. Ia menyelesaikan pendidik S1 di Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran (Unpad), S2 di Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara (Uninus), dan S3 di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung. Bekerja sebagai dosen di Uninus. Ia rajin menulis artikel di sejumlah surat kabar/majalah di Bandung, Jakarta, Surabaya, Medan, Yogyakarta, dan Semarang. Selain itu, ia juga menulis dan menerjemahkan beberapa buku. Beberapa buku yang ia tulis berkaitan dengan penulisan untuk public relations.
KEUNGGULAN BUKU
Buku politik/populer, tentang mata air keteladanan yang disarikan dari pengamalan Pancasila oleh tokoh-tokoh bangsa, sejak era pra-kemerdekaan hingga era Jokowi dan Risma. Buku ini memberi perspektif baru dalam upaya melekatkan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan cara yang lebih segar dan hidup; tidak kaku, tidak monoton, tidak sekadar berkutat pada hal-hal yang teoretis dan abstrak. Artinya, tokoh-tokoh yang diambil dalam konteks pengamalan Pancasila dengan seluruh butir-butirnya itu adalah tokoh nyata yang pernah dimiliki negeri ini, yang perlu dibaca oleh generasi muda, penerus perjuangan bangsa.
Penulis adalah tokoh populer yang kenal oleh publik, cendekiawan muda Indonesia, penulis buku-buku bestseller; yang terbaru sebelum Mata Air Keteladanan ini adalah Negara Paripurna, buku serius dan tebal yang kini sudah cetakan ke-5.
Gaya penceritaan mengalir, enak dibaca.
Dr. K.H. Said Aqil Siroj, MA,
Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama
Di tengah wacana krisis keteladanan dan etika moral Pancasila, buku ini seolah ingin membuka mata hati dan pikiran kita terhadap berbagai teladan dan perilaku Pancasila yang sesungguhnya ada di hadapan kita. Kejelian dan ketekunan Yudi Latif sebagai penulis mampu mengungkap keteladanan para tokoh masyarakat, mulai zaman kemerdekaan hingga era Reformasi, secara gamblang. Penyajian dan uraian mendalam dengan penekanan aspek afektif dan konatif (tindakan), tentang berbagai tindakan para tokoh ternama maupun tokoh yang terabaikan oleh publikasi, telah memberikan ilustrasi penuh makna betapa implementasi keteladanan dan moral Pancasila sesungguhnya ada dan bertebaran di sekeliling kita, namun tertutup oleh arogansi sikap dan warta skandal.
Buku ini ibarat mata air di tengah padang pasir yang dapat menghapus sikap sinis yang berkembang sekaligus membangkitkan kembali optimisme terhadap keteladanan dan moral Pancasila yang didambakan masyarakat luas. Bagi kalangan muda, mulai dari pelajar hingga mahasiswa yang haus dan merindukan sikap keteladanan, buku ini layak dijadikan inspirasi untuk pengembangan pribadi, watak dan karakter yang sejalan dengan moral Pancasila sesungguhnya. Penulis telah membuktikan bahwa keteladanan dan moral Pancasila belum sirna dari bumi Nusantara tercinta. Kita hanya perlu mengembangkan kepedulian dan cermat mengamati serta menilai secara jujur tanpa prasangka terhadap berbagai dinamika lingkungan yang berkembang seperti yang diungkapkan penulis dalam buku ini.
Prof. Dr. Budi Susilo Soepandji,
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional RI
Di tengah krisis keteladanan, buku ini memberi inspirasi dan kepercayaan diri kepada kita bahwa pengamalan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat diwujudkan. Pejabat publik dan pegawai aparatur sipil negara wajib membaca buku ini.
Prof. Dr. Agus Dwiyanto,
Kepala Lembaga Administrasi Negara
Lebih dari sekadar inspiratif, buku ini sungguh kaya keteladanan. Penulis sangat lengkap memotret para teladan Pancasila, mulai dari kisah para pelopor Republik di tengah gegap gempita revolusi, hingga pengalaman rakyat awam yang sepi pemberitaan. Buku ini wajib dibaca bagi semua orang yang ingin memahami Pancasila sebagai filosofi yang hidup, bukan sekadar teks. Moral is not taught but caught, tidak cukup diajarkan tapi perlu dihadirkan dengan keteladanan.
Surya Paloh, Chairman Media Group
dan Penggagas Gerakan Restorasi
Yudi Latif, sedikit intelektual yang sangat produktif. Dalam buku ini, ia mampu menghadirkan kisah teladan para tokoh perajut dan pendiri bangsa dalam sentuhan pengalaman riil, mengisi rongga batin pembacanya yang dikemas dalam butiran nilai Pancasila secara utuh. Itu sangat berharga bagi guru yang telah lama merasakan krisis keteladanan dan kesulitan mengajarkan moral Pancasila secara tepat dan bernas. Dengan membaca buku ini, para guru akan dapat bertutur kepada muridnya, meneladani pesan moralnya, dan dapat menjadi sumber inspirasi bagi perilaku para muridnya ketika di masyarakat. Buku ini sangat baik dibaca oleh para guru, calon guru, orangtua, politisi, dan pemimpin di berbagai tingkat dan bidang.
Dr. Sulistiyo, M.Pd.,
Ketua Umum Pengurus Besar PGRI
Buku yang harus dibaca oleh siapa pun yang peduli akan pengejawantahan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Keteladanan yang sekarang ini merupakan komoditas yang sangat langka di negeri ini berhasil diangkat dalam buku ini melalui tokoh-tokoh bangsa Indonesia yang lintas budaya dan agama dalam referensi pengamalan Pancasila melalui perannya masing-masing.
Bahrul Hayat, Ph.D.,
Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI
TENTANG PENULIS
Yudi Latif adalah Ketua Harian Pusat Studi Pancasila, Universitas Pancasila, Jakarta. Ia menyelesaikan pendidikan doktoralnya di The Australian National University (ANU), Australia. Salah satu karyanya yang monumental adalah Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila (2011). Dalam rangka memperingati 44 tahun Media Indonesia (2014), buku ini dinobatkan sebagai salah satu dari 44 buku yang membawa perubahan dan mengubah Indonesia. Pergumulannya dalam pemikiran kebangsaan dan kemanusiaan membuatnya menerima sejumlah penghargaan: IFI (Islamic Fair of Indonesia) Award pada Desember 2011, untuk ketegori intelektual muda paling berpengaruh; Ikon Politik Indonesia tahun 2011 dari majalah Gatra; Nabil (Nation Building) Award pada Oktober 2012 dari Yayasan Nabil, sebagai pengakuan atas perjuangan dan pemikiran dalam menegakkan Pancasila sebagai sumbangan bagi nation building; Megawati Soekarnoputri Award pada Desember 2012, sebagai penghargaan dalam memperjuangkan nilai-nilai kebangsaan dan kemajemukan; dan Penghargaan Ilmu Sosial 2013 dari Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS).
KONTRIBUTOR & EDITOR
Idi Subandy Ibrahim adalah peneliti media dan budaya populer. Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di Bidang Ilmu Jurnalistik di Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, sementara pendidikan magisternya di Bidang Komunikasi Politik (lulus dengan predikat cum laude) di Universitas Indonesia. Sekarang, Idi sedang merampungkan pendidikan doktoral (S3) di Universitas Indonesia. Idi telah menyunting dan menulis beberapa buku. Sebelumnya, ia mengajar mata kuliah Penulisan Kreatif di Fikom Universitas Islam Bandung. Ia juga pernah diminta sebagai reviewer untuk tulisan beberapa peneliti dan ilmuwan yang akan dimuat di beberapa jurnal internasional terkemuka khusus untuk tema terkait budaya media dan budaya populer.
Yosal Iriantara adalah seorang dosen dan peneliti yang mendalami masalah media literasi. Ia menyelesaikan pendidik S1 di Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran (Unpad), S2 di Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara (Uninus), dan S3 di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung. Bekerja sebagai dosen di Uninus. Ia rajin menulis artikel di sejumlah surat kabar/majalah di Bandung, Jakarta, Surabaya, Medan, Yogyakarta, dan Semarang. Selain itu, ia juga menulis dan menerjemahkan beberapa buku. Beberapa buku yang ia tulis berkaitan dengan penulisan untuk public relations.
KEUNGGULAN BUKU
Buku politik/populer, tentang mata air keteladanan yang disarikan dari pengamalan Pancasila oleh tokoh-tokoh bangsa, sejak era pra-kemerdekaan hingga era Jokowi dan Risma. Buku ini memberi perspektif baru dalam upaya melekatkan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan cara yang lebih segar dan hidup; tidak kaku, tidak monoton, tidak sekadar berkutat pada hal-hal yang teoretis dan abstrak. Artinya, tokoh-tokoh yang diambil dalam konteks pengamalan Pancasila dengan seluruh butir-butirnya itu adalah tokoh nyata yang pernah dimiliki negeri ini, yang perlu dibaca oleh generasi muda, penerus perjuangan bangsa.
Penulis adalah tokoh populer yang kenal oleh publik, cendekiawan muda Indonesia, penulis buku-buku bestseller; yang terbaru sebelum Mata Air Keteladanan ini adalah Negara Paripurna, buku serius dan tebal yang kini sudah cetakan ke-5.
Gaya penceritaan mengalir, enak dibaca.
Goodreads Review Mata Air Keteladanan
WHY CHOOSE US?
TERLENGKAP + DISCOUNTS
Nikmati koleksi Buku Sosial-Politik terlengkap ditambah discount spesial.
Nikmati koleksi Buku Sosial-Politik terlengkap ditambah discount spesial.
FAST SHIPPING
Pesanan Anda segera Kami proses setelah pembayaran lunas. Dikirim melalui TIKI, JNE, POS, SICEPAT.
Pesanan Anda segera Kami proses setelah pembayaran lunas. Dikirim melalui TIKI, JNE, POS, SICEPAT.
BERKUALITAS DAN TERPERCAYA
Semua barang terjamin kualitasnya dan terpercaya oleh ratusan ribu pembeli sejak 2006. Berikut Testimonial dari Pengguna Jasa Bukukita.com
Semua barang terjamin kualitasnya dan terpercaya oleh ratusan ribu pembeli sejak 2006. Berikut Testimonial dari Pengguna Jasa Bukukita.com
LOWEST PRICE
Kami selalu memberikan harga terbaik, penawaran khusus seperti edisi tanda-tangan dan promo lainnya
Kami selalu memberikan harga terbaik, penawaran khusus seperti edisi tanda-tangan dan promo lainnya