Jahipuba Jalan Hidup Putri Bangsawan Gusti Kanjeng Ratu Ayu Koes Indriyah

Sebagai putri bangsawan putra seorang raja, pasti banyak yang akan memandang hidupku akan serba mudah. Serba berkecukupan dan serba-serba indah yang lainnya. Tapi yakinlah tidak. Salah besar jika ada yang menganggap seperti itu. Sebab justru sebaliknya aku sering berteman dengan pahit getir kehidupan.

Bayangkan, baru beberapa tahun ayahku menjadi raja, keraton mendadak harus kehilangan segalanya. Otoritas wilayah tak lagi ada kecuali sebatas apa yang ada di dalam tembok keraton. Tinggal sakmegaring payung, begitu istilahnya. Semua terjadi karena kondisi negara memang memaksa harus seperti itu.

Sementara pada sisi yang lain, ayahku harus menanggung kehidupan keluarga yang cukup besar jumlahnya. Selain itu juga masih ada begitu banyak abdi dalam yang tetap setia mengabdi untuk keraton. Dari sana aku kemudian bisa merasakan betapa berat beban yang harus ditanggung ayahku, ya ayahku yang juga seorang raja.

Maka ketika zaman seperti tak lagi "memihak" dengan keraton, kehidupanku juga sama nasibnya dengan kehidupan keraton selanjutnya. Aku hidup dalam segala keterbatasan yang ada. Keprihatinan seolah menjadi teman hidupku. Bahkan mungkin akan banyak yang tak percaya jika aku pernah tidur beralas tikar. Aku juga pernah harus menahan rasa lapar. Percaya atau tidak, itulah memang jalan hidupku.