Setiap
kali mendengar suara azan yang dilantunkan oleh suara sepuh
terbata-bata, melihat bangunan madrasah Islam tradisional dengan keriaan
anak-anak, atau sesederhana melihat papan nama masjid di perkampungan,
saya sering merasa bahwa Islam telah cukup.
Islam yang Cukup
Kalis
Mardiasih merisaukan fenomena beragama yang di tangan sebagian kalangan
begitu eksklusif dan menyeramkan. Baginya, beragama seharusnya
menyenangkan, dipenuhi kebaikan. Tidak sesak oleh amarah atau hasrat
penaklukan.
Kebaikan-kebaikan itu ia temukan dalam praktik
keberagamaan yang sederhana. Ia berbicara dengan orang-orang bersahaja,
menyaksikan cara mereka mengamalkan kesalehan, dan menemukan Islam yang
teduh di sana. Dalam dirinya, Islam tumbuh bersama dengan kegembiraan.