Apa itu Resensi?
Resensi adalah pertimbangan, pembicaraan atau ulasan sebuah buku.
Resensi itu bukan sekadar menceritakan isi buku atau sinopsis.
Resensi adalah penilaian Anda secara kritis setelah membaca isi buku, apa kelebihannya atau kekurangannya.
Jadi sekali lagi, resensi tidak sama dengan sinopsis dan resensi tidak mengandung spoiler (membocorkan isi cerita yang penting).
|
|
|
29 Mei 2007 - 10:34:03
Isi Resensi : Is a Dog Really Better Than a Man?
Macarin Anjing bikin aku jatuh cinta berkali-kali. Oke, tarolah ya aku emang berlebihan menggambarkan novel ini sampe segitunya, tapi serius, belum baca aja aku udah penasaran setengah mati. Pertama, karena judulnya yang bisa dibilang provokatif. Macarin Anjing. Apa manusia nggak cukup banyak di dunia ini, sehingga si penulis menyarankan pembacanya untuk berpasangan dengan anjing saja? Kedua, endorsement di back cover-nya. Ninit Yunita, Ita Sembiring, Yennie H (ini penulis Miss Jutek bukan sih?). Helloooo... kalo sampe penulis kelas kakap gitu ngasih endorsement setinggi itu, pasti ada sesuatu yang istimewa di novel yang sampulnya bertaburan gambar anjing-anjing berwajah tengil ini.
Well, ternyata benar.
Ceritanya simpel: tentang tiga orang cewek; Libby, Bianca, dan Miata. Ketiganya agaknya kelewat akrab bersahabat kayaknya, karena sama-sama punya nasib buruk dalam urusan percintaan. Bianca putus-sambung terus dengan pacarnya, Miata terlibat hubungan pacaran-enggak-teman-tapi-mesra-juga-enggak dengan cowok bernama Saul. Sedang Libby, meskipun hidupnya aman-aman aja sekarang, dulu dia pernah diselingkuhi pacarnya yang inosen di luar, playboy di dalam.
Libby cukup terluka kayaknya karena abis itu dia mutusin buat menjauhi yang namanya cowok untuk selama-lamanya. Prinsipnya, cowok itu ibarat mawar; enak dilihat dan dicium baunya, tapi nggak usah dipegang... hati-hati durinya! Belakangan, Libby menemukan artikel dari internet berjudul: 15 Reasons Why a Dog is Better Than a Man. Perhatian, cowok-cowok, daftar ini benar-benar menohok banget. Aku aja yang cowok sampe shock—apa bener kita segeblek itu? Artikel itu semakin menguatkan pandangannya, bahwa cowok memang nggak lebih baik dari anjing.
Malah, dia sampe mengambil kesimpulan: “Sekarang dia ganti menuntut pada Tuhan, kok bisa-bisanya cewek dipasangkan sama cowok? Kenapa? Apa karena persamaan rima kata: cewek-cowok, man-woman? Kalo memang alasannya bukan itu, Libby mo ngasih masukan buat Tuhan supaya cewek dipasangkan sama sesuatu yang lebih mudah diatur aja... dengan badak misalnya. Yah, memang aneh sih berjodoh sama badak, tapi paling enggak dia nggak bakalan nempelin upilnya sembarangan, kan?” hlm.58 (bingung kan? Makanya baca deh)
Novel sepanjang 356 halaman ini nggak cuma menghibur, tetapi juga memberi informasi-informasi yang mungkin selama ini dilewatkan pembaca. Berkat footnote-footnote-nya, pembaca seakan kenal lama dengan Libby, si tokoh utama. Mengerti jalan pikirannya, khayalan-khayalan usilnya. Lucu dalam kacamata orang-orang sinis. Novel ini membuat pembaca cowok-cowok bisa jadi lumayan memahami apa yang sebenarnya diinginkan cewek dalam hubungan. Apa arti komitmen itu sebenarnya. Sedang buat cewek-cewek, secara ini buku tentang mereka ya, pasti seneng banget ya bisa dimengerti sama penulisnya. Macarin Anjing selah-olah curhatan cewek-cewek yang nasibnya sama seperti Libby dan kawan-kawan.
Macarin Anjing berbeda dengan novel-novel populer pada umumnya. Tak ada pangeran tampan yang menyelamatkan putri-putri dalam novel ini. Yang ada malah putri-putri yang bosan menunggu di menara, lalu memutuskan turun sendiri tanpa bantuan siapapun. Ini tentang cewek-cewek yang memberanikan diri mencari kebahagiaannya sendiri.
Bravo! Sekali ini, karena Macarin Anjing, aku setuju dengan istilah Spice Girl: Girl Power! |
|
|
[Semua Resensi Buku Ini] |
|