Kesaksian Seorang Jurnalis Anti ORBA Malari Melawan Soeharto dan Barisan Jenderal ORBA

DESCRIPTION

Jopie Lasut sudah menjadi aktivis sejak usia remaja 16 tahun dengan terlibat dalam gerakan bersenjata Permesta di Manado. Di jaman demokrasi terpimpin Soekarno, ia terlibat aktif dalam Gerakan Pembaharuan, organisasi bawah tanah yang dipimpin Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo.
Tahun 1967 Jopie Lasut menjadi wartawan di Harian Indonesia Raya, Sinar Harapan dan Mutiara. Jopie Lasut juga merangkap sebagai koresponden Radio Nedherland Wereld Omroep, Nederlandse Christelijke Radio Verenging, Katholieke Radio Omroep, NRC-Handelsblad dan Sidney Morning Herald.

Di jaman kekuasaan Soeharto, Jopie Lasut masuk penjara karena keterlibatannya dalam peristiwa Malari 1974. Di jaman Orba ia aktif dalam pelayanan penjara, melayani para tapol, dan aktif dalam gerakan demokrasi Mahasiwa Menggugat, Golput, Infight, pendirian Aliansi Jurnalis Independen, Serikat Buruh Merdeka Setia Kawan, Partai Uni Demokrasi Indonesia (PUDI) dan Front Demokrasi Nasional (FDN).

Paska kerusuhan 27 Juli 1996, Jopie dinyatakan sebagai buronan oleh Orde Baru dan terpaksa melarikan diri ke Eropa. Tahun 1998 Jopie kembali ke Indonesia setelah Soeharto lengser dan menjadi Ketua GAGAH (Gabungan Gerakan-Gerakan Anti Habibie), mendirikan Front Demokrasi Nasional dan FOKKRES (Forum Korban Kekejaman Rejim Soeharto).

Sejak tahun 1996 sampai 2006 Jopie Lasut memimpin delegasi Indonesia mengikuti pelbagai konferensi internasional dibidang HAM dan pelayanan penjara di Singapura, Seoul (Korea), Hongkong, Tokyo (Jepang), Washington (Amerika Serikat), Costa Rica,Den Haag dan Utrech (Nederland), Wina (Austria), Praha (ceko), Istanbul (Turki), Sofia (Bulgaria), Paris (Perancis), Berlin (Jerman), Zurich (Swiss), Luxembourg, dan Brussels (Belgia).