Back Door Java : Negara, Rumah Tangga, dan Kampaung di Keluarga Jawa
3.9 avg rating - 20 Goodreads ratings
Rp 65.000
Hemat Rp 3.250
Rp 61.750
Judul
Back Door Java : Negara, Rumah Tangga, dan Kampaung di Keluarga Jawa
Penulis
No. ISBN
9789794618349
Penerbit
Tanggal terbit
2013
Jumlah Halaman
284
Berat
500 gr
Jenis Cover
Soft Cover (Book Paper)
Dimensi(L x P)
-
Kategori
Sosial-Politik
Bonus
-
Text Bahasa
Indonesia ·
Stok Tidak Tersedia
DESCRIPTION
Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari pintu belakang rumah kampung. Buku ini adalah sebuah buku etnografi perkotaan yang menyorot sebuah lingkungan kampung di sudut kota kraton Yogyakarta, Jawa Tengah, selama pemerintahan Orde Baru. Bertolak dari perspektif warga kampung itu buku ini mengupas budaya kelas pekerja sebagai cara untuk memahami interaksi antara masyarakat kampung dengan kekuasaan negara dan dampak kekuasaan negara, terutama pada pekerjaan dan kehidupan sehari-hari kaum perempuan. Berdasarkan kisah-kisah kehidupan kampung itu, buku ini dibagi atas tiga bagian yang secara ringkas dapat diungkapkan dengan istilah-istilah rumah, rumahtangga, dan rumah-kediaman.
Rumah adalah arsitektur fisik rumah kampung dan hubungannya (arsitektur) dengan pola pertukaran sosial dan hubungan keluarga. Bagi warga miskin kampung, rumah tradisional Jawa jauh dari jangkauan, tetapi bentuk fisik rumah kampung masih mencerminkan nilai-nilai kunci dalam kehidupan bertetangga di kampung. Bab ini membahas perubahan-perubahan yang terjadi dalam satu rumah dan satu keluarga dalam lingkup sejumlah rumah yang memiliki pertalian darah. Seiring dengan meningkatnya kesejahteraan beberapa keluarga, perbaikan rumah dilakukan namun sambil tetap mempertahankan sejumlah aspek sosial kunci dari bentuk rumah. Rumah adalah sumberdaya ekonomi yang penting, yang tercermin dalam praktek-praktek kekerabatan. Karena itu hal-hal seperti mengasuh anak, mengangkat anak, warisan, hubungan kakak-beradik dan anak-anak juga dibahas dalam bagian ini.
Rumahtangga diartikan di sini sebagai ekonomi rumahtangga, yang sering dibedakan dari ekonomi formal berdasarkan pekerjaan berbayar. Bagian ini mempersoalkan garis pemisah antara umum dan pribadi ini atas dasar kisah-kisah kaum perempuan kampung dan kegiatan mereka sehari-hari. Jaringan pertukaran antar-perempuan di kampung mendukung kegiatan-kegiatan budaya kampung, seperti slametan, tetapi jaringan pertukaran itu juga terkait dengan tugas dari pemerintah, yakni tugas bagi kaum perempuan untuk mendukung upaya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan warga masyarakat.
Bab ini mengupas bagaimana kaum perempuan dengan cara-cara mereka mendukung penghidupan kaum laki-laki yang menganggur dan setengah menganggur dan anak-anak muda yang tinggal di kampung itu. Bab ini mengajukan argumen bahwa pembangunan masyarakat di bawah pemerintah Orde Baru melalui program-program seperti Pembinaan Kesejahteraan Keluarga atau PKK dimaksudkan untuk menghasilkan pekerja-pekerja yang sangat murah demi meningkatkan keunggulan banding Indonesia. Mendorong kaum perempuan untuk diam di rumah dan melakukan kegiatan ibu rumahtangga guna mendukung keluarga mereka dan masyarakat bertentangan dengan sejarah panjang kaum perempuan Jawa, yakni tradisi bekerja di luar rumah. Negara berhasil karena masyarakat digunakannya sebagai landasan bagi kesejahteraan sosial, pola yang juga digunakan oleh pemerintah kolonial Belanda dan pemerintah Jepang di zaman perang.
Penggunaan kaum perempuan kampung sebagai alat untuk menghasilkan reproduksi sosial berbiaya rendah bertumpu pada ideologi kehidupan-rumahtangga-yang-tepat. Istilah rumah-kediaman di sini berkaitan dengan ide bahwa tempat kaum perempuan sejatinya adalah di rumah, mengasuh anak, masyarakat, dan, pada akhirnya, negara. Bagian ini membahas hasil-hasil penelitian mengenai asal usul ideologi perempuan-tempatnya-di-rumah di Barat, dan kemudian membahas bagaimana ideologi itu berkembang dan digunakan Indonesia. Ide kerumahtanggaan menyiratkan adanya suatu tatanan moral tertentu dan ide tertentu mengenai keluarga dan peranan kaum perempuan yang menempati tempat utama dalam visi pemerintah Order Baru mengenai masyarakat. Organisasi-organisasi kemasyarakatan yang dibangun kaum perempuan pada zaman kemerdekaan diserap oleh pemerintah Orde Baru, yang menggunakan program-program yang dijalankan organisasi-organisasi itu untuk memberikan pelayanan sosial berbiaya murah.
Kisah dua perempuan, Bu Sae dan Bu Apik, menunjukkan bagaimana PKK dan tatanan moralitas dukungan negara digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat kampung. Ketika retorika pemerintah Orde Baru mengenai perempuan yang baik digunakan untuk landasan kegiatan-kegiatan kampung, maka berbagai ide direproduksi meski tidak sesuai dengan kehidupan sehari-hari warga kampung. Bersamaan dengan itu, masyarakat kampung juga direproduksi.
Rumah adalah arsitektur fisik rumah kampung dan hubungannya (arsitektur) dengan pola pertukaran sosial dan hubungan keluarga. Bagi warga miskin kampung, rumah tradisional Jawa jauh dari jangkauan, tetapi bentuk fisik rumah kampung masih mencerminkan nilai-nilai kunci dalam kehidupan bertetangga di kampung. Bab ini membahas perubahan-perubahan yang terjadi dalam satu rumah dan satu keluarga dalam lingkup sejumlah rumah yang memiliki pertalian darah. Seiring dengan meningkatnya kesejahteraan beberapa keluarga, perbaikan rumah dilakukan namun sambil tetap mempertahankan sejumlah aspek sosial kunci dari bentuk rumah. Rumah adalah sumberdaya ekonomi yang penting, yang tercermin dalam praktek-praktek kekerabatan. Karena itu hal-hal seperti mengasuh anak, mengangkat anak, warisan, hubungan kakak-beradik dan anak-anak juga dibahas dalam bagian ini.
Rumahtangga diartikan di sini sebagai ekonomi rumahtangga, yang sering dibedakan dari ekonomi formal berdasarkan pekerjaan berbayar. Bagian ini mempersoalkan garis pemisah antara umum dan pribadi ini atas dasar kisah-kisah kaum perempuan kampung dan kegiatan mereka sehari-hari. Jaringan pertukaran antar-perempuan di kampung mendukung kegiatan-kegiatan budaya kampung, seperti slametan, tetapi jaringan pertukaran itu juga terkait dengan tugas dari pemerintah, yakni tugas bagi kaum perempuan untuk mendukung upaya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan warga masyarakat.
Bab ini mengupas bagaimana kaum perempuan dengan cara-cara mereka mendukung penghidupan kaum laki-laki yang menganggur dan setengah menganggur dan anak-anak muda yang tinggal di kampung itu. Bab ini mengajukan argumen bahwa pembangunan masyarakat di bawah pemerintah Orde Baru melalui program-program seperti Pembinaan Kesejahteraan Keluarga atau PKK dimaksudkan untuk menghasilkan pekerja-pekerja yang sangat murah demi meningkatkan keunggulan banding Indonesia. Mendorong kaum perempuan untuk diam di rumah dan melakukan kegiatan ibu rumahtangga guna mendukung keluarga mereka dan masyarakat bertentangan dengan sejarah panjang kaum perempuan Jawa, yakni tradisi bekerja di luar rumah. Negara berhasil karena masyarakat digunakannya sebagai landasan bagi kesejahteraan sosial, pola yang juga digunakan oleh pemerintah kolonial Belanda dan pemerintah Jepang di zaman perang.
Penggunaan kaum perempuan kampung sebagai alat untuk menghasilkan reproduksi sosial berbiaya rendah bertumpu pada ideologi kehidupan-rumahtangga-yang-tepat. Istilah rumah-kediaman di sini berkaitan dengan ide bahwa tempat kaum perempuan sejatinya adalah di rumah, mengasuh anak, masyarakat, dan, pada akhirnya, negara. Bagian ini membahas hasil-hasil penelitian mengenai asal usul ideologi perempuan-tempatnya-di-rumah di Barat, dan kemudian membahas bagaimana ideologi itu berkembang dan digunakan Indonesia. Ide kerumahtanggaan menyiratkan adanya suatu tatanan moral tertentu dan ide tertentu mengenai keluarga dan peranan kaum perempuan yang menempati tempat utama dalam visi pemerintah Order Baru mengenai masyarakat. Organisasi-organisasi kemasyarakatan yang dibangun kaum perempuan pada zaman kemerdekaan diserap oleh pemerintah Orde Baru, yang menggunakan program-program yang dijalankan organisasi-organisasi itu untuk memberikan pelayanan sosial berbiaya murah.
Kisah dua perempuan, Bu Sae dan Bu Apik, menunjukkan bagaimana PKK dan tatanan moralitas dukungan negara digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat kampung. Ketika retorika pemerintah Orde Baru mengenai perempuan yang baik digunakan untuk landasan kegiatan-kegiatan kampung, maka berbagai ide direproduksi meski tidak sesuai dengan kehidupan sehari-hari warga kampung. Bersamaan dengan itu, masyarakat kampung juga direproduksi.
Goodreads Review Back Door Java : Negara, Rumah Tangga, dan Kampaung di Keluarga Jawa
WHY CHOOSE US?
TERLENGKAP + DISCOUNTS
Nikmati koleksi Buku Sosial-Politik terlengkap ditambah discount spesial.
Nikmati koleksi Buku Sosial-Politik terlengkap ditambah discount spesial.
FAST SHIPPING
Pesanan Anda segera Kami proses setelah pembayaran lunas. Dikirim melalui TIKI, JNE, POS, SICEPAT.
Pesanan Anda segera Kami proses setelah pembayaran lunas. Dikirim melalui TIKI, JNE, POS, SICEPAT.
BERKUALITAS DAN TERPERCAYA
Semua barang terjamin kualitasnya dan terpercaya oleh ratusan ribu pembeli sejak 2006. Berikut Testimonial dari Pengguna Jasa Bukukita.com
Semua barang terjamin kualitasnya dan terpercaya oleh ratusan ribu pembeli sejak 2006. Berikut Testimonial dari Pengguna Jasa Bukukita.com
LOWEST PRICE
Kami selalu memberikan harga terbaik, penawaran khusus seperti edisi tanda-tangan dan promo lainnya
Kami selalu memberikan harga terbaik, penawaran khusus seperti edisi tanda-tangan dan promo lainnya