Cha untuk Chayang

  • Cover Cha untuk Chayang
Rp 34.800
Hemat Rp 6.960
Rp 27.840
Judul
Cha untuk Chayang
No. ISBN
979
Tanggal terbit
April - 2007
Jumlah Halaman
224
Berat
-
Jenis Cover
Soft Cover
Dimensi(L x P)
135x200mm
Kategori
Teenlit
Bonus
-
Text Bahasa
Indonesia ·
Lokasi Stok
Gudang Penerbit icon-help
Stok Tidak Tersedia

DESCRIPTION

Lina namanya. Balikpapan asalnya. Yogyakarta tujuannya. Dia seorang cewek cerdas dengan logat yang lucu. Kalau dengar dia ngomong, kamu pasti bakal tersenyum, atau bengong, atau malah merinding. Sebagai pendatang baru di Kota Pelajar, Lina berkenalan dengan beraneka macam karakter. Ada Bebe, waria kece pemilik resto. Ada Eno, cewek jutek yang doyan baca. Serta Zeta dan Lili, duet cewek pabrikan yang cantik jelita. Tentu saja Lina ketemu cowok juga. Ada Helmi yang imut-imut, dan Yogi, cowok indie yang tergila-gila sama pudel. Baca buku ini dan ikuti petualangan Lina yang penuh warna, mulai dari kena copet, belajar bikin cha latte, sampai merias diri habis-habisan demi mendapatkan cowok yang dia incar.

***

"Aduh, bo, giling! Yey harus baca ini buku. Capcus! Here comes a yummy bowl of salad! Cucok deh pokoknya!"
--Stefanny Irawan, penulis buku Tidak Ada Kelinci di Bulan!

"Jalan ceritanya lucu banget..."
--Benedict Anderson

REVIEW Cha untuk Chayang

Oleh : Jody, 20 Apr 2007-11:45:45

Rating
+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating+0 rating
Judul Buku : Cha untuk Chayang
Penulis : Dalih Sembiring & Abmi Handayani
Tebal : 224 hlm; 20 cm
Terbit : Cetakan 1, Maret 2007
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Kali ini Jogja menjadi latar kisah sebuah novel TeenLit. Cha Untuk Chayang karya Dalih Sembiring dan Abmi Handayani menghadirkan karakter utama novel seorang pendatang di kota pelajar ini. Karakter tersebut dibawa dari Balikpapan, lengkap dengan logatnya yang lucu dan penampilannya yang lugu-lugu cerdas. Nama lengkapnya Herlina Salim, biasa dipanggil Lina. Lina datang ke Jogja untuk menjadi mahasiswa Fakultas Hukum UGM. Setelah kehilangan ponsel di bis Jogja yang pengemudinya tak kalah ugal-ugalan dengan pengemudi bis di Jakarta, Lina memutuskan untuk bekerja. Kebetulan pada saat yang sama Bebe's Burger yang baru didirikan membutuhkan karyawan. Maka, pemilik kafe tersebut, Bebe –terlahir sebagai Burhan- menerima Lina untuk bekerja. Kebaikan Bebe, sang mbak jadi-jadian, membuat Lina dekat dengannya. Selain Bebe, dalam giliran kerjanya, Lina mengenal Imam, koki Bebe's Burger; duet pudel jelita : Zeta dan Lili ; Eno, si jutek berpenampilan lesbian. Mereka segera merendengi hari-hari Lina di Jogja diikuti bayang-bayang Helmi, cowok imut yang mengantar-jemput Lina dari Bebe's Burger karena jatuh cinta padanya; dan Yogi, cowok indie selera Lina yang sayangnya tidak tertarik padanya. Untuk mendapatkan perhatian Yogi, Lina bermetamorfosis menjadi seorang 'cewek pudel' yang hobi dandan seperti tipe Yogi, si poodleaholic. Tidak hanya itu saja. Untuk Yogi, Lina belajar membuat bubuk cha latte yang tidak ia sukai. Sayangnya lagi, situasi tidak mendukung proses metamorfosisnya. Lina memang menjadi kupu-kupu nan cantik, tapi ia kehilangan orang-orang terdekatnya.

Cha untuk Chayang, seperti umumnya TeenLit, tidak menjauh dari dunia remaja kosmopolitan dengan aksesori pernak-pernik cinta. Di sini kita akan menemukan remaja putri yang jatuh cinta, melakukan usaha untuk mendapatkan cinta meski harus mengenyahkan kepribadian aslinya. Dengan rancangan kisah seperti ini, awalnya kita mungkin akan kehilangan minat untuk membacanya. Basi. Stereotipikal. Tapi setelah membaca buku ini sampai tuntas –dalam waktu yang sangat singkat- ada hal-hal menarik yang dikemas kedua penulisnya. Terasa segar dan enak dinikmati. Pertama, Dalih dan Abmi, bukanlah pencerita yang bertele-tele. Cerita disampaikan dengan cepat, cerdas, dan kocak. Ringan, tapi menarik. Wajar dan tidak mengada-ada. Kedua, tidak seperti pakem TeenLit umumnya, mereka menuntaskan kisah dengan cara berbeda. Mereka tidak tak berkutik dalam kisah cinta stereotipikal seperti dalam kebanyakan TeenLit. Mereka menjangkau pada pengenalan sang tokoh terhadap kehidupan yang ia alami secara lugas dan apa adanya. Perubahan bisa terjadi dan ini merupakan hal yang wajar, asalkan tidak mengorbankan identitas. Oleh sebab itu, akhir yang dipintal duo penulis ini terasa sangat melegakan. Bukan cuma pintar, tapi juga manis.

Dalam bertutur, kedua anak muda ini terkadang menyemburkan sindiran. Coba baca percakapan warung kopi (Manut Nite) soal penggunaan bahasa yang terasa ironis. Sekelompok anak muda terdiri atas binan, penggemar pantat bahenol, pecinta ChickLit, pelaku seks bebas sok mempreteli penggunaan bahasa, tapi mereka sendiri yang notabene 'warga' Jogja berbusa-busa menggunakan kata ganti 'gue' dan 'lu'. Saat ini memang Jogja sudah sangat heterogen. Bukan hanya dari segi penduduk, latar belakang sosial, orientasi seksual, tapi juga dari segi bahasa. Toh tetap terasa aneh, di Jogja, mendengar anak-anak mudanya bercuap-cuap menggunakan kata ganti 'gue' dan 'lu'.

Hal menarik lainnya dalam novel ini adalah kehidupan binan Jogja yang direkatkan dalam plot novel. Kita akan menemukan ungkapan register binan yang belepotan tapi membuat novel ini terasa lebih hidup. Tidak perlu khawatir. Kedua penulis sebisa mungkin memberikan padanan kata bagi pembaca yang asing terhadap bahasa binan.

Cha untuk Chayang adalah novel tentang pendatang di Jogja. Maka, kita akan menemukan cerita tentang rumah kos, teman-teman kos, tempat mangkal anak-anak kos seperti angkringan dengan nasi kucing dan kopi jos, burjo dengan beraneka jualan yang cukup digemari anak muda, juga warung kopi dan Momento yang menyajikan cha latte. Untuk menyemarakkan Jogja dalam fiksi, ada Bebe's Burger dengan Embes Bembes Burger andalannya dan sebuah hidangan bernama Horny Soup (bayangkan saja sendiri seperti apa).

Selain Lina sebagai tokoh sentral, Bebe, sang peri wandu, adalah karakter yang sangat menarik dan menonjol dalam buku ini. Kehadiran Bebe bukan saja mempercantik cerita, tapi memiliki makna bagi keseluruhan kisah. Seandainya karakter Bebe dicopot, dan diganti dengan karakter normal yang sangat umum, kisah Lina, pudel, dan cha latte akan kehilangan greget.

Secara keseluruhan, inilah TeenLit yang bisa digolongkan enak dibaca, tidak bikin kerut muka, dan tidak garing. Cukup bisa membangkitkan energi positif dalam diri anak muda, bahwa hidup mesti dijalani dengan apa adanya, bahwa hidup memang punya multisegi, bahwa hidup tidak melulu yang indah-indah, bahwa hidup juga memiliki sisi yang bisa bikin kita kecewa, sehingga harus dihadapi dengan tegar, dan yakin, hidup punya metode sendiri untuk memecahkan masalah.

Penulis buku ini, Abmi Handayani -kelahiran Balikpapan 5 Januari 1987, mungkin belum dikenal pembaca buku di Indonesia. Cha untuk Chayang adalah karya perdananya yang diterbitkan. Sedangkan Dalih Sembiring, kelahiran Binjai, Sumatra Utara 4 Mei 1983, adalah penulis beberapa karya yang pernah dipublikasikan di Horison, ON/OFF, dan The Jakarta Post. Cerpen Dalih yang berjudul Sebuah Ruangan Berdinding Abu-abu menjadi salah satu cerpen dalam antologi Rahasia Bulan. Sampai saat ini, Dalih belum menyelesaikan novel semi autobiografisnya yang berjudul Nel, yang salah satu fragmennya (berjudul Ilham), tampil di jurnal ON/OFF edisi Cinta Pertama: Kisah Pramoedya, Remaja, dan Homoseksual.


Jody
http://jodypojoh.blogdrive.com

WHY CHOOSE US?

TERLENGKAP + DISCOUNTS
Nikmati koleksi Buku Teenlit terlengkap ditambah discount spesial.
FAST SHIPPING
Pesanan Anda segera Kami proses setelah pembayaran lunas. Dikirim melalui TIKI, JNE, POS, SICEPAT.
BERKUALITAS DAN TERPERCAYA
Semua barang terjamin kualitasnya dan terpercaya oleh ratusan ribu pembeli sejak 2006. Berikut Testimonial dari Pengguna Jasa Bukukita.com
LOWEST PRICE
Kami selalu memberikan harga terbaik, penawaran khusus seperti edisi tanda-tangan dan promo lainnya

Produk digital

Buku sejenis lainnya

Buku terbitan Gramedia Pustaka Utama lainnya:

WorkLess, EarnMore the trilogy Part 1
Buku Who The Hell Are You? Buku Personal Branding
Buku pengembangan Diri Januari 2020
Buku Populer & Terlaris 2020