Blindness
DESCRIPTION
Ketika Negeri Tanpa Nama Dilanda Kebutaan Massal Seorang pengemudi, di tengah kemacetan lalu lintas yang parah, mendadak buta. Seorang pelacur, pencuri mobil, polisi, bocah bermata juling, apoteker, juga seorang dokter mata, disergap penyakit ganjil yang sama: buta putih. Dunia tak menjadi gelap, tapi justru memutih, seperti susu. Hanya seorang yang berpura-pura buta yang justru tak buta. Tapi neraka segera menghadang. Pemerintah tak bernama, dengan pejabat dan tentara-tentara yang juga tanpa nama, mengkarantina mereka. Pemberontakan pun pecah... Inilah novel yang menghunjam ke ulu terdalam persoalan kemanusiaan. Sebuah kisah tentang masyarakat yang sakit. *** - The 1998 Nobel Prize Winner - Sold in 42 Countries - Jenis Kertas: Koran JOSE SARAMAGO lahir di desa Azinhaga, propinsi Ribatejo, Portugis, pada 1922. Subyek novel-novel Saramago adalah keniscayaan dari sebuah kemustahilan, mimpi-mimpi, juga ilusi. Karya-karya yang telah terbit di antaranya : Baltazar and Blimunda (1982), All The Names (1997). Menyusul sensor pemerintah Portugis terhadap novelnya, The Gospel According to Jesus Christ (1991), Saramago pindah ke pulau Lanzarote di Kepulauan Canary. Ia dianugerahi Camoes Prize pada 1995, dan menerima Hadiah Nobel pada 1998. *** "Brilian!" Publishers Weekly "Karya paling suram, kuat, dan padat dari Saramago." The Los Angeles Times "Ironis, liris, dan penuh humor yang kecut." The Boston Globe "..menantang, provokatif, sekaligus menyegarkan." Epinions.com
REVIEW Blindness
Rating |
Orang-orang menjadi panik, institusi-institusi dan fasiltas umum diserbu dan di seluruh negeri terjadi chaos, sehingga memaksa pemerintah untuk segera turun tangan dengan melakukan sejumlah tindakan keras. Yaitu dengan membuat tempat karantina-karantina yang jauh dari pemahaman manusiawi, demi mencegah penyebaran penyakit yang seketika menjadi momok di seluruh negeri yang semuanya sengaja dibuat tak bernama.
Orang-orang buta dadakan itu kemudian diambil dari segala penjuru dan selanjutnya di kurung dalam sebuah rumah sakit jiwa yang dialih fungsikan menjadi tempat karantina, dengan penjagaan yang super ketat oleh sejumlah besar tentara. Di dalam karantina itulah terjadi sebuah proses pembusukan yang sangat mengerikan, di mana orang-orang buta itu perlahan tapi pasti kehilangan seluruh norma-norma dan bahkan hakekat kemanusiaanya.
Kebutaan massal yang menyebabkan "Chaos" inilah yang menjadi tema sentral dalam karya peraih nobel kesusastraan tahun 1998 Jose Saramago yang berjudul Blindness ini.
Sebuah gambaran chaotik dari sebuah tatanan masyarakat yang terlanjur sakit. Perlahan namun pasti, orang-orang buta di dalam karantina itu kehilangan seluruh jati diri, dan bahkan nilai-nilai kemanusiaan dalam dirinya. Karena mereka akan melakukan apa pun hanya demi untuk bertahan hidup. Dengan sangat piawai, Saramago menggiring tokoh-tokohnya, yaitu sekawanan orang buta yang terdiri dari: seorang dokter dan istrinya, seorang pelacur, seorang pencuri mobil dan istrinya, seorang bocah bermata juling dan seorang laki-laki dengan tampal mata hitam, bertransformasi dari manusia normal menjadi sekawanan binatang yang terpaksa harus mencuri, menjual diri, dan bahkan membunuh demi untuk mendapatkan atau mempertahankan jatah makanan.
Blindness adalah sebuah novel muram dan pedih. Novel ini dengan genius mengungkap sisi lain dari harkat dan hakekat kehidupan, yang dipotret secara ekstrim dari sebuah kenisbian menjadi sebuah keniscayaan, yang barangkali sulit untuk dibayangkan terpaksa harus dijalani oleh makhluk yang menyebut dirinya sebagai manusia.
Tak pelak lagi Blindness adalah sebuah adi karya yang sepatutnya dibaca, bukan saja oleh mereka yang gandrung pada bacaan-bacaan bermutu, akan tetapi juga oleh siapa saja yang ingin memperoleh pemahaman lebih dalam atas nilai-nilai kehidupan yang sesungguhnya.
Karena Saramago tidak sekedar menawarkan sebuah potret buram dari kehidupan manusia itu sendiri, dan juga perilaku tak wajar dari sebuah masyarakat yang terlanjur sakit. Melainkan ia jauh menukik ke dalam esensi kehidupan dan juga kematian. Dengan gaya ironi yang kental ia memaparkan makna perjuangan hidup dan memadukannya dengan sejenis humor yang terasa getir dan masam sekaligus. Seolah ia ingin menelanjangi wajah kemanusiaan kita, terutama dengan gaya satire-nya yang demikian cerdas dan sekaligus memikat.
Jakarta, 8 Mei 2007
WHY CHOOSE US?
Nikmati koleksi Buku Mistery-Thriller terlengkap ditambah discount spesial.
Pesanan Anda segera Kami proses setelah pembayaran lunas. Dikirim melalui TIKI, JNE, POS, SICEPAT.
Semua barang terjamin kualitasnya dan terpercaya oleh ratusan ribu pembeli sejak 2006. Berikut Testimonial dari Pengguna Jasa Bukukita.com
Kami selalu memberikan harga terbaik, penawaran khusus seperti edisi tanda-tangan dan promo lainnya