AYESHA
DESCRIPTION
Seorang wanita
muda muslim Kanada yang cerdas mempresentasikan kompleksitas karier, cinta, dan
keluarga dalam karya penghormatan untuk kisah-kisah klasik Jane Austen.
Selain
pengetahuan umum bahwa seorang pria lajang muslim pastilah menginginkan seorang
istri, ada kebenaran lain yang jauh lebih penting: bagi ibunya yang berasal
dari India, kehendak hati Khalid sama sekali bukan prioritas. Dengan ide dasar
yang mengacu kepada Pride and Prejudice, Uzma menambahkan keahliannya dalam mendeskripsikan tokoh-tokoh yang beragam dari
kultur dan budaya yang berbeda. Pria muslim lajang yang menjadi inti cerita
adalah si tampan Khalid Mirza, yang bersembunyi di balik jenggot panjang dan pakaian tradisional yang
longgar. Tidak seperti rekan sesama muslimnya, Amir, Khalid menolak untuk
mengedit identitasnya dengan bercukur atau mengenakan jins dan, sayangnya,
merasa tertolak oleh tetangganya yang memesona, Ayesha Shamsi.
Ayesha, 27 tahun, tengah fokus kepada karier
mengajarnya pada siang hari dan kehidupannya sebagai penyair pada malam hari,
dan jelas tidak punya waktu untuk Khalid yang kolot. Namun, seperti yang bisa
ditebak, jalan hidup mereka terus saja bersimpangan. Khalid sendiri adalah anak
mama, yang selalu melakukan apa pun yang diperintahkan ibunya, terutama jika
sudah berkaitan dengan pernikahan.
Dengan banyaknya peristiwa-peristiwa tidak
menyenangkan yang terjadi di antara mereka, jelas ada hal-hal yang lebih
mendalam di balik kisah Khalid dan Ayesha. Apa yang terjadi kepada kakak
perempuan Khalid? Mengapa Ayesha merasa begitu bertanggung jawab atas Hafsa,
sepupunya yang cantik?
Uzma dengan ahli bekerja dalam beragam plot
paralel dan memastikan pembaca tetap bertahan hingga akhir. Bagian penutupnya
mungkin bisa ditebak (mengingat ini adalah versi penulisan ulang Pride and
Prejudice) dan beberapa karakter sampingan terasa satu-dimensi,
tetapi semua itu termaafkan oleh perkembangan cerita dan penutup yang manis.
Para
bibi tukang gosip, sepupu-sepupu keras kepala, kakek nenek yang manis, masala ala Pakistan-Kanada, dan romansa
klasik yang indah merupakan perpaduan bahan yang nikmat untuk menciptakan
sebuah novel yang menghibur.
Ayesha,
Penggambaran Ulang Mahakarya Austen yang Berkilauan dan Sensitif
Adaptasi versi
Asia Selatan dari karya Jane Austen yang tak lekang oleh waktu, Pride and Prejudice, cukup populer
akhir-akhir inidan bukan, menonton film Bollywood Bride and Prejudice yang dirilis pada 2005, satu-satunya adaptasi
India dari novel Austen yang terkenal, bukan berarti kita telah menyaksikan segalanya.
Novel debut Uzma Jalaluddin, Ayeshayang
judulnya dibaca seperti opera sabun India dengan sedikit sentuhan
Shakespeareterlihat menonjol dengan indahnya di tengah karya-karya adaptasi
lain.
Novel
ini berkisah tentang Khalid Mirza dan Ayesha Shamsi, dua muslim yang tinggal di
Toronto, yang berselisih pada setiap aspek dari interpretasi keyakinan mereka.
Khalid, yang lebih konservatif, membiarkan sang ibu mengontrol hidupnya dan
mengatur pernikahannya karena cinta baru datang setelah pernikahan. Ayesha,
di sisi lain, adalah seorang penyair yang mandiri dan gigih, yang memilih fokus
kepada kariernya dan memilih untuk mencari suaminya sendiri alih-alih dipaksa
menjalin hubungan oleh para bibi tukang gosip di lingkungannya hanya karena
umurnya sudah semakin tua.
Ketika
mereka terjebak dalam persiapan sebuah konferensi di masjid, lirikan meremehkan
dan menghakimi malah meningkatkan daya tarik di antara mereka, yang hanya
membuat Khalid kebingungan, mengingat ibunya sudah sering memperingatkannya
tentang ancaman dari cinta tanpa ikatan pernikahan. Ide-ide orang Barat
tentang cinta yang romantis hanyalah omong kosong belaka. Lihat saja persentase
perceraian di Amerika, itulah yang selalu diucapkan ibu Khalid kepada sang
putra. Maka bisa dimaklumi jika kita tidak menemukan adegan-adegan seksi yang
biasa di novel ini, tetapi ketegangan yang gamblang di antara Khalid dan
Ayesha, selagi mereka terus berusaha menjauhi satu sama lain, menciptakan
rayuan non-fisik yang sepenuhnya baru. Uzma dengan hati-hati mengisahkan
romansa mereka, sedikit demi sedikit, mencari waktu yang tepat dan menambahkan
sedikit aura panas saat konflik semakin meningkat.
Pertemuan-pertemuan
mereka dipenuhi tensi yang meluapyang mencapai puncaknya ketika ibu Khalid
menjodohkannya dengan sepupu Ayesha yang lebih muda (dan lebih kaya), Hafsa.
Hal ini malah membuat pasangan itu terpaksa mengakui perasaan masing-masing dan
meninjau ulang perbedaan-perbedaan di antara mereka, atau mereka harus
terpisahkan selamanya.
Meski
memiliki kemiripan inti cerita, Ayesha
lebih dari sekadar penggambaran ulang novel Austen versi muslim; Uzma
mempersembahkan narasi yang lebih cocok untuk masa sekarang, menggambarkan
hal-hal yang banyak dialami oleh kaum muslim dan keturunan Asia Selatan pada
masa sekarang, sekaligus menyelipkan tema universal tentang identitas, kelas,
dan diskriminasi.
Meski
topik mengenai perjodohan menjadi hal yang paling menonjol dalam cerita, sebenarnya itu
adalah dasar yang memercikkan perdebatan mengenai tradisi dan perubahan dalam
generasi yang berbeda. Dan, dengan menonjolkan perbedaan ideologi di antara banyak karakter
muslim, khususnya Ayesha dan Khalid, Uzma mencoba memperbaiki kesalahpahaman
bahwa semua muslim sama saja. Bahkan, kedua orang ini menghadapi diskriminasi
karena budaya dan atribut keagamaan mereka. Faktanya, supervisor Khalid di
kantor sampai mencoba menyabotase pria itu, berusaha membuatnya tidak nyaman di
lingkungan kerja, dan hal ini adalah sesuatu yang memprihatinkan. Namun, Uzma
memperkuat karakternya dan membuat mereka berani melawan ketidakadilan dan
menunjukkan kebanggaan mereka terhadap praktik keagamaan yang mereka lakukan
alih-alih hanya diam dan tidak berbuat apa-apa. Mereka tidak bertanya mengapa
mereka menjadi korban, mereka malah ingin tahu cara agar mereka bisa bicara dan
didengarkan, menjelaskan kepada semua orang mengenai perbedaan mereka,
sekaligus menerima diri mereka sendiri.
Dengan
mendiskusikan keyakinan mereka secara aktif, Ayesha dan Khalid mulai mengubah
pendapat-pendapat miring dan salah tentang agama Islam. Dalam banyak hal, semesta
fiksi Ayesha membahas diversitas dan bagaimana komunitas minor ini sering
disalahpahami. Sensitivitas dan gairah Uzma mengenai hal-hal ini terlihat jelas
pada setiap halamannya.
Penulis artikel, Kamrun Nesa, adalah
seorang penulis paruh waktu yang tinggal di New York. Tulisan-tulisannya telah
diterbitkan oleh The Washington Post,
Bustle, PopSugar, dan HelloGiggles.
Goodreads Review AYESHA
WHY CHOOSE US?
Nikmati koleksi Buku Fiksi terlengkap ditambah discount spesial.
Pesanan Anda segera Kami proses setelah pembayaran lunas. Dikirim melalui TIKI, JNE, POS, SICEPAT.
Semua barang terjamin kualitasnya dan terpercaya oleh ratusan ribu pembeli sejak 2006. Berikut Testimonial dari Pengguna Jasa Bukukita.com
Kami selalu memberikan harga terbaik, penawaran khusus seperti edisi tanda-tangan dan promo lainnya