Display Buku
Mereka Bilang Aku Kafir : Kisah Seorang Pelarian NII
 
Rp 12.000
Hemat Rp 600
Rp 11.400

 
Apa itu Resensi?

Resensi adalah pertimbangan, pembicaraan atau ulasan sebuah buku.
Resensi itu bukan sekadar menceritakan isi buku atau sinopsis.
Resensi adalah penilaian Anda secara kritis setelah membaca isi buku, apa kelebihannya atau kekurangannya.
Jadi sekali lagi, resensi tidak sama dengan sinopsis dan resensi tidak mengandung spoiler (membocorkan isi cerita yang penting).
Resensi dari ady-ahmed
 
  12 Sep 2011 - 11:33:24

Isi Resensi :
Kesaksian Seorang Korban Penyesatan


Novel ini menceritakan tentang pengalaman seorang Muhammad Idris, penulis sekaligus tokoh utama dalam novel ini, yang pernah tercebur dalam sebuah aliran sesat yang menggunakan agama sebagai sarana dan alat untuk mendoktrin orang lain dan bergaya NII-KW9. Kisah itu dimulai dari pertemuan antara Idris dengan Pak Hanafi, seseorang yang dianggap ustadz hanya karena penampilan. Dan memang seperti itulah kebanyakan orang di Jakarta yang apabila melihat seseorang sering kali berpakaian serebet alias ala santri, maka dengan mudahnya gelar ustadz menempel di depan namanya. Pak Hanafi adalah perantara atau dapat kita sebut sebagai perekrut massa. Dengan dalih pengajian, Pak Hanafi mengajak Idris untuk bergabung ke dalam aliran sesat tersebut. Doktrin-doktrin yang dilantunkan dalam setiap pertemuan pengajian, menggunakan dalil-dalil ayat suci Al-Qur’an. Kitab suci Al-Qur’an yang bersifat global, mereka tafsirkan sesuai keinginan dan tujuan mereka. Terjadilah pergumulan batin dalam hati Idris, di satu sisi hatinya menerima keterangan logis yang diberikan, di sisi lain hatinya menolak karena logisnya itu menyesatkan. Alhasil, karena kelihaian agen perekrut dan intensitas waktu dalam berinteraksi, Idris yang merupakan jebolan pesantren pun terjerat. Dunia luar pesantren, bak hutan belantara bagi para santri, hal ini diyakini oleh para santri sendiri seusai menuntut ilmu di sana. Pasalnya, di dunia luar tersebut banyak serigala-serigala yang sudah membuka mulutnya dan menunggu kedatangan para santri tersebut, yang sewaktu-waktu dapat membahayakan keselamatan ataupun keyakinan si santri. Markas daripada aliran sesat ini adalah sebuah pesantren, yang dalam hal ini disamarkan pada bagian nama dan alamatnya oleh si penulis. Di sanalah para petinggi dari aliran tersebut berkumpul. Dapat ditemui pula mulai dari jabatan yang disebut sebagai Syaikh hingga jabatan yang disebut ‘amil di sana. Dan di pesantren itu pulalah Idris bertemu dengan jodohnya, karena dalam aliran tersebut seorang wanita diwajibkan menikah dengan seorang pria yang memiliki keyakinan yang sama. “Anak bagaikan malaikat bagi kedua orangtuanya, disaat kedua orangtuanya melakukan kekhilafan maka anaklah yang menuntun kedua orangtuanya menuju jalan kebenaran”. Inilah yang terjadi dengan Idris dan Alifah, istrinya. Anaknya yang masih bayi, akhirnya dapat membuka mata hati mereka hingga akhirnya mereka sadar akan kesesatan yang tengah mereka jalani. Cerita yang dituangkan berdasarkan kisah nyata ini bukan hanya tentang terceburnya Idris ke dalam aliran sesat hingga akhirnya melarikan diri saja. Tetapi juga banyak pelajaran-pelajaran lain yang bisa diambil dari dari bumbu-bumbu yang ada pada novel ini. Seperti bagaimana sebaiknya dalam mendidik dengan metode pendekatan terhadap seorang anak, memperlakukan pasangan, menghadapi pasangan saat berbeda pendapat dan lain sebagainya. Kandungan novel ini sangat sarat makna. Pepatah berkata Experience is the best teacher, maka patutlah novel ini dibaca agar kita tidak melakukan kesalahan yang telah dilakukan Idris, yakni terjerumus dalam lubang hitam. Waspadalah, jaga diri dari segala aliran yang menyesatkan!
Rating
+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating+0 rating


 
 
[Semua Resensi Buku Ini]