Display Buku
Ai: Cinta Tak Pernah Lelah Menanti
 
Rp 51.000
Hemat Rp 2.550
Rp 48.450

 
Apa itu Resensi?

Resensi adalah pertimbangan, pembicaraan atau ulasan sebuah buku.
Resensi itu bukan sekadar menceritakan isi buku atau sinopsis.
Resensi adalah penilaian Anda secara kritis setelah membaca isi buku, apa kelebihannya atau kekurangannya.
Jadi sekali lagi, resensi tidak sama dengan sinopsis dan resensi tidak mengandung spoiler (membocorkan isi cerita yang penting).
Resensi dari cleio
 
  11 Mar 2009 - 18:23:15

Isi Resensi :
AI : Cinta Tak Pernah Lelah


Judul Buku : AI: Cinta Tak Pernah Lelah Pengarang : Winna Efendi Penerbit : Gagasmedia -Sei- Aku mencintai Ai. Tidak tahu sejak kapan - mungkin sejak pertama kali dia menggenggam tanganku - aku tidak tahu mengapa, dan aku tidak tahu bagaimana. Aku hanya mencintainya, dengan caraku sendiri. Sekarang, semuanya sudah terlambat. Tidak. Semuanya sudah terlambat jauh sebelum hari ini - mungkin sejak festival musim panas itu, atau mungkin sejak kedatangan Shin. Dia telah memilih, sadar maupun tidak, dan orang itu bukanlah aku. -Ai- Aku bersahabat dengan Sei sejak kami masih sangat kecil. Saat mulai tumbuh remaja, gadis-gadis mulai mengejarnya. Entah bagaimana, aku pun mulai jatuh cinta padanya, tetapi aku memilih untuk menyimpannya. Lalu, datang Shin ke dalam lingkaran persahabatan kami. Dia membuatku jatuh cinta dan merasa dicintai. Kami bahagia, tetapi suatu hari Shin pergi dan tak bisa kembali lagi. Excerpt Novel (sedikit sneak peek): Kami berjalan mengelilingi pasar malam sambil menunggu pementasan kembang api. Di kuil desa, ramai orang tampak sedang menggantungkan ema bertuliskan harapan mereka, lalu berdoa. Ai berdiri di samping Chiharu yang sedang menuliskan permohonannya di sepotong ema, sedangkan aku dan Shin menunggu di tepi sambil makan beberapa potong kue mochi. ”Sei.” Shin tampak seperti ingin mengucapkan sesuatu, tapi ragu-ragu. ”Apakah kamu menyukai Ai?” Aku sudah menduga dia akan bertanya begitu. Selama ini pria-pria yang mendekati Ai selalu menganggapku sebagai saingan, seseorang yang perlu disingkirkan. Tapi Shin berbeda. Aku menghargainya. ”Suka?” ”Suka – seperti aku menyukainya,” Shin melanjutkan dengan lugas, seolah-olah perasaannya pada Ai begitu transparan sehingga semua orang mengetahuinya. Aku menghela nafas dan menjawab dengan jujur, ”Aku menyayanginya.” Shin mengerutkan alis. ”Seperti adik? Seperti teman?” Entahlah. Aku tidak pernah menemukan deskripsi yang tepat untuk menjelaskan rasa sayangku pada Ai. Di balik sifatnya yang ceria, ada bagian dari dirinya yang rapuh, membuatku ingin menjaganya. Tapi aku memandang Shin, dan merasa dia dapat membuat Ai bahagia. Mungkin dia adalah definisi cinta yang lain – yang memberikan kebebasan, yang tidak perlu memaksa Ai memilih. ”Sayang,” aku menjawab ringan, ”sayang seperti aku akan memukulmu jika membuat Ai menangis.” Shin tertawa, tampak lega. ”Kau tahu, Sei, kita bertiga akan selalu berteman.” RECOMMENDE : KEREN Wajib beli dan wajib baca..!!
Rating
+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating


 
 
[Semua Resensi Buku Ini]