Display Buku
Kisah Langit Merah: Keberanian untuk terus melangkah
 
Rp 37.000
Hemat Rp 1.850
Rp 35.150

 
Apa itu Resensi?

Resensi adalah pertimbangan, pembicaraan atau ulasan sebuah buku.
Resensi itu bukan sekadar menceritakan isi buku atau sinopsis.
Resensi adalah penilaian Anda secara kritis setelah membaca isi buku, apa kelebihannya atau kekurangannya.
Jadi sekali lagi, resensi tidak sama dengan sinopsis dan resensi tidak mengandung spoiler (membocorkan isi cerita yang penting).
Resensi dari kandi
 
  02 Jun 2009 - 14:16:04

Isi Resensi :
Kisah Idealisme Wartawan


Kisah Idealisme Wartawan Cara bercerita yang sempurna. Dengan alur maju mundurnya, novel yang diangkat dari kisah nyata ini mengalir saja dalam bertutur. Nyaris tak ada yang perlu dikritik. Saya terbiasa menikmati setiap bacaan di tangan saya. Jika ada yang mengganggu, entah karena pilihan kata, cara berbahasa yang kurang mengena, atau pengulangan kata yang membosankan, pasti saya merasakan. Tapi pada novel ini, hampir tidak. Ingat sosok Soe Hok Gie? Mahasiswa era 1960-an yang menyatakan, orang paling beruntung adalah orang yang mati muda. Aktivis, (juga) keturunan Cina, yang tak lelah melabrak kekacauan yang dia lihat di depan hidungnya. Ingat Kalau kamu simak karakter tokoh utama, Langit Merah, pada novel ini, sangat mirip dengan Soe. Itu kesan saya. Sangat tegas, argumentatif, terbuka, dan keras sekaligus tergambar terang dalam novel karya Bubin Lantang ini. Bagi kamu yang ingin tahu bagaimana dinamisnya kerja sebagai jurnalis, novel ini layak kamu lahap sampai tuntas. Langit Merah adalah wartawan media massa cetak berskala nasional. Profesi yang dia incar sejak duduk di bangku SD. Langit kecil menjalani kehidupan di sebuah wilayah di Lampung. Provinsi yang menurutnya tak pernah maju, meskipun menjadi penghubung antarpulau Jawa dan Sumatera. Langit memunyai adik kandung, Trang Matahari, yang hanya terpaut satu tahun di bawah usianya. Mereka menjalani sesusah-susahnya hidup. Makan hanya dengan kecap asin, sambal ulek, atau dodol sebagai penganan--sisa dari jualan ibunya untuk membantu membayar sekolah Langit dan Matahari. Meski serba kekurangan, keduanya hidup dalam hubungan keluarga yang harmonis. Lintang kecil menjadi panutan adiknya. Dia menghormati bapak dan ibunya. Mereka adalah anak-anak hasil didikan orang tua yang sabar dan tegar. Mereka melawan siapa saja yang mengganggu mereka, meski harus berujung pada lebam di sekujur tubuh. Walau menjadi anak baik di mata kedua orang tuanya, kakak beradik itu tak lepas dari kehidupan liar a la remaja masa itu. Giting, cimeng, ganja, adalah sesuatu yang bukan tabu bagi keduanya, tanpa perlu menjadi pecandu dan merusak hidup mereka karenanya. Prestasinya cemerlang sebagai wartawan di harian nasional berkantor di Jakarta. Tak genap setahun di sana, dia mulai mencium aroma kotor tempat kantornya bekerja. Tapi Langit tetap konsisten dengan menjaga "kebersihan" profesinya. Dia menikamti profesi itu, datang silih berganti menginjak negeri orang. Ada kalanya dia sedih karena tak bisa membagi kebahagiaan dengan kedua orang tuanya. Kalau pun ada yang harus menjadi kritik, novel ini tak rinci menjelaskan pekerjaan Matahari, ayah, dan ibunya, kecuali ibunya yang kadang menjual penganan. Tapi sebaliknya, setiap latar tempat diperinci dengan baik. Akan ada banyak pengetahuan kamu temukan di sini. Pengetahuan yang tanpa jeda. Kisah cinta yang romantis, tanpa perlu mengumbar cerita seks murahan, sekalipun sangat bisa dilakukan Langit, ada dalam cerita ini. Novel yang diangkat dari kisah nyata ini, layak untuk dibaca dan direkomendasikan. Agar masyarakat juga bisa lebih kritis tentang apa, siapa, dan bagaimana wartawan menjalani kesehariannya. Langit tak pernah ingin meninggalkan profesi yang dia impikan sejak masih bocah. Tapi dengan sikapnya itu, apakah dia tetap bertahan, dikelilingi orang-orang yang tak sependapat dengan jalan yang dia tempuh. Langit tak pernah tahu akhir kisahnya, sebelum semua itu menghampirinya.
Rating
+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating


 
 
[Semua Resensi Buku Ini]