Display Buku
Ketika Cinta Tak Mau Pergi
 
Rp 35.000
Hemat Rp 1.750
Rp 33.250

 
Apa itu Resensi?

Resensi adalah pertimbangan, pembicaraan atau ulasan sebuah buku.
Resensi itu bukan sekadar menceritakan isi buku atau sinopsis.
Resensi adalah penilaian Anda secara kritis setelah membaca isi buku, apa kelebihannya atau kekurangannya.
Jadi sekali lagi, resensi tidak sama dengan sinopsis dan resensi tidak mengandung spoiler (membocorkan isi cerita yang penting).
Resensi dari Falah
 
  28 Nov 2008 - 21:54:55

Isi Resensi :
Moral yang Tinggi menyentuh Hati


Judul : Ketika Cinta Tak Mau Pergi Penulis : Nadhira Khalid Penerbit : Lingkar Pena Publishing House, 2007 Tebal : 306 halaman Sekilas dengan mendengar judulnya, pembaca akan terkesima bahwa buku tersebut searah dengan sebuah buku yang sedang nge-trend dikalangan masyarakat yang isunya akan difilmkan. Tapi jauh dari pikiran pembaca, buku tersebut sangat berbeda terutama dalam segi kebudayaan. Namun tema yang digarap penulis sama yaitu tentang cinta. Satu kata yang bisa membuat setiap orang terlena dan merupakan hal yang membuat dirinya berada diantara suka dan duka. Kebahagiaan dan penderitaan seakan manis seperti madu dan pahit bagai empedu. Buku ini menuntun seorang keturunan bangsawan dalam merenggut cintanya. Tiada lain yaitu Laku Kertiaji yang tinggal di kampung Presak Bat. Sejak kecil bangsawan yang tinggal nama itu menyukai seorang gadis yang mana teman sepermainannya yang bernama Sahnin gadis kampung sebelah, Prepak Timuq. Mereka sering bertemu di dekat pohon asam. Pohon tersebut merupakan batas antara kedua kampung tersebut yang kokon dulu pernah menyatu. Setiap pertemuan yang mereka janjikan tak lepas dari pendampingnya masing-masing, Kertiaji bersama adiknya, Lalu Ratmaji, dan Sahnim ditemani sepupunya, Hasanah. Di sanalah awal kedekatan mereka yang menyimpan rasa salin menyukai hingga bertambah usia cintanya semakin kuat. Di sisi lain kedua kampung tersebut tergoncangkan akibat ulah adu domba yang dilakukan salah satu anggota DPRD di Lombok, Wajedi Iskandar. Dia ingin menguasai tanah kedua kampung itu yang dibalik semua itu dia mencium potensi menggiurkan yaitu hasil bumi batu apung. Sementara, kisah cinta Kertiaji dan Sahnim beranjal dalam tahap serius. Kertiaji berniat menyunting Sahnim menjadi pendamping hidupnya. Namun saat midah, Ismuhadi ayah Sahnim menolaknya karena sebuah luka sakit hatinya masih tersimpan terhadap kebangsawanan membuat Iskandar benci pada bangsawan. Padahal Laku Kertiaji hanya bangsawan yang tinggal gelar saja. Hidupnya miskin. Ditolak niatnya untuk menikahi Sahnim oleh keluarganya, timbul rasa brutal ingin dengan membawa Sahnim kawin lari dengan nekat menculik Sahnim ke rumah pamanny. Ismuhadi tak terima. Dengan Japa orang yang menambil simpatinya agar Sahnim dinikahkan dengannya mereka bersama warga Persak Timuq datang untuk mengambil Sahnim kembali. Akhirnya perang antar kampung pun terjadi meluluh lantahkan kampung Persak Bat. Cinta mereka tertunda saat Kertiaji dan keluarganya harus hijrah ke Sumbawa yang merupakan program pemerintah untuk memisahkan kedua kampung tersebut yang selalu beselisih dan menimbulkan korban. Cerita ini membuat pembaca dibawa dalam gejolak hati yang mengendap menjadi dendam. Dengan bahasa yang mengalir penulis membawa pembaca pada kebudayaan tradisional yang kental melekat di kehidupan masyarakat Sasak. Membaca buku tersebut seakan menghapal bahasa Sasak. Dibutuhkan ketelitian saat membaca setiap konfliknya. Tokoh-tokoh yang berlaga di dalamnya dapat membuat pembaca bepikir dua kali karena gelar "lalu" sebagai kehormatan bangsawan Sasak begitu banyak diterapkan dalam tokoh-tokohnya. Selebihnya pembaca diajak dalam mengambil keputusan yang tepat. Senandung cinta yang sangat melekat menggambarkan kekuatan cinta yang sangat dasyat. Inilah novel yang menyentuh hati orang-orang yang berhias dengan cinta, dimana cinta bukan sekedar untuk dipermainkan tetapi merupakan kehormatan bagi insan-insan pecinta sejati yang tulus dan terurai dari hati. Pesan moralnya begitu kua membuat pembaca sadar akan keegoan, kedudukan, kekayaan dan gengsi. Penulis pun menyisipkan cara berpikir dewasa yang bisa memotivasi pembaca khususnya pemuda dan remaja yang beranjak dewasa. [F@l@h]
Rating
+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating+0 rating


 
 
[Semua Resensi Buku Ini]