Display Buku
Harimau Kemala Putih (Hard Cover)
 
Rp 240.000
Hemat Rp 48.000
Rp 192.000

 
Apa itu Resensi?

Resensi adalah pertimbangan, pembicaraan atau ulasan sebuah buku.
Resensi itu bukan sekadar menceritakan isi buku atau sinopsis.
Resensi adalah penilaian Anda secara kritis setelah membaca isi buku, apa kelebihannya atau kekurangannya.
Jadi sekali lagi, resensi tidak sama dengan sinopsis dan resensi tidak mengandung spoiler (membocorkan isi cerita yang penting).
Resensi dari b_man
 
  30 Apr 2007 - 10:48:39

Isi Resensi :
Harimau Kemala Putih


Wastu Lanas Grafika (WLG) lagi-lagi unjuk gigi dengan terbitan baru, cetak ulang sebuah buku berjudul Harimau Kemala Putih (HKP). Cerita yang dikarang oleh Gu Long dan diterjemahkan oleh Suhu Tjan ID. Salah satu karya Gu Long yang difavoritkan oleh banyak penggemar berat karya-karyanya. Bercerita tentang perjuangan seorang enghiong muda bernama Tio Bu Ki dari perkumpulan Tay Hong Tong dalam pengelanaannya mencari pembunuh ayahnya Tio Kian, Tongcu kedua Tay Hong Tong. Cerita dengan tema klasik balas dendam. Cerita diawali dengan hari pernikahan Tio Bu Ki. Hari yang sebenarnya merupakan hari baik harus berakhir dengan kesedihan bagi Tio Bu Ki karena ternyata pada hari itu pula ayahnya Tio Kian ditemukan mati tanpa kepala di ruang kerjanya. Hidup Tio Bu Ki harus berubah total karena tragedi ini. Masa depan indah yang sudah dipelupuk mata hancur berantakan. Tio Bu Ki harus kembali berkelana untuk menemukan pembunuh ayahnya, yang di kemudian hari diketahui ternyata adalah orang dekat ayahnya sendiri yaitu Tongcu ketiga Tay Hong Tong Sangkoan Jin. Bu Ki sadar kemampuannya masih jauh dari cukup untuk menghadapi Sangkoan Jin, apalagi ternyata Sangkoan Jin telah bersekutu dengan musuh Tay Hong Tong yaitu perkumpulan Pek Lek Tong dan keluarga Tong dari Sechuan. Sebelum pergi meninggalkan Tay Hong Tong, Bu Ki diberikan sebuah patung harimau kecil terbuat dari batu kemala putih dari Tongcu pertama Tay Hong Tong Sugong Siau Hong, dengan pesan sebelum membunuh Sangkoan Jin dia harus menyerahkan patung harimau kemala putih itu ke Sangkoan Jin. Dengan rasa bingung Bu Ki menyanggupi pesan itu. Dengan tekad kuat dan kecerdasan otaknya Bu Ki berhasil belajar ilmu pedang dari tempat si Mayat Hidup Te Cong, walau dengan pengorbanan harus berpisah dengan calon istrinya Wi Hong Nio dan adiknya Tio Cian Cian. Cerita berlanjut dengan perjalanan Bu Ki menuju benteng keluarga Tong. Dalam perjalanan ini muncul seorang tokoh muda keluarga Tong bernama Tong Giok. Sungguh menarik adu kecerdasan antara Bu Ki dan Tong Giok. Berbagai jebakan dan intrik disiapkan oleh masing-masing pihak dan di akhirnya yang lebih pintar dan tenanglah yang menang. Banyak muncul tokoh-tokoh aneh kawan-kawan Bu Ki yang membantunya dalam keberhasilannya mengatasi berbagai hambatan dan percobaan pembunuhan dari keluarga Tong. Berkat kecerdasan, ketenangan dan keberuntungannya Bu Ki akhirnya bisa masuk ke benteng keluarga Tong. Harapannya untuk bertemu dengan Sangkoan Jin, musuh bebuyutannya akhirnya akan terwujud. Pertemuan Bu Ki dengan Sangkoan Jin membuka rahasia besar tentang harimau kemala putih yang diberikan oleh Sugong Siau Hong. Rahasia besar yang menyangkut tragedi kematian ayahnya Tio Kian dan usaha Tay Hong Tong dalam menghadapi persekutuan Pek Lek Tong dan keluarga Tong. Seperti biasa karya Gu Long, dalam buku ini juga tidak disebutkan pada timeline kapan kisah ini berada. Tapi dengan disebutnya berbagai tokoh legendaris macam Pendekar 4 Alis Liok Siau Hong dan Sebun Jui Soat sepertinya kisah ini berada pada satu generasi setelah Liok Siau Hong. Bahkan muncul pula seorang tokoh muda bernama Kwik Ciok Ji yang mengaku murid dari raja diraja maling Sugong Ti Seng kawan Liok Siau Hong. Malahan Sugong Siau Hong Tongcu pertama Tay Hong Tong adalah adik tong dari Sugong Ti Seng sendiri. Ending cerita memang menggantung khas karya Gu Long, tapi untungnya tidak lama lagi akan muncul cerita lanjutannya yaitu Naga Kemala Putih. Bagi yang baru membaca HKP sekarang tentu senang tidak lama lagi akan terbit lanjutannya, tapi bagi yang membaca HKP dari cetakan awal dulu dan sudah menunggu kira-kira 30 tahun untuk lanjutannya terbit tentu kata senang saja agak kurang tepat untuk menggambarkan perasaan hati. Lega atau terharu mungkin lebih tepat. Setelah kesuksesan Pendekar Riang yang tampil mentereng, HKP juga dibuat dengan format yang sama. Ukuran 15,5cm X 23 cm, kertas HVS, edisi hardcover dengan sampul yang bisa dilepas, box warna hitam plus bookmark sungguh-sungguh membuat buku ini nikmat dipandang mata dan mantap dipegang karena berat. Mengutip sedikit kritikan Tan Lookay untuk buku ini, adalah tentang sampul yang warna dasarnya putih sehingga terkesan kurang garang, dibanding Pendekar Riang yang berwarna dasar kuning jelas HKP sedikit kalah kelas. Bagaimanapun bagi seorang pembaca buku adalah buku, format buku memang akan menjadi nilai tambah tapi yang utama adalah isi ceritanya sendiri. Permainan-permainan kata dan kalimat dalam cerita ini sungguh-sungguh menarik, apalagi diterjemahkan oleh Suhu Tjan ID yang kemampuannya tidak perlu diragukan lagi. Meminjam istilah Bondan Winarno presenter Wisata Kuliner buku ini masuk kategori "Mak Nyus". Suatu karya yang gemilang dari Gu Long, pendapat pribadi dari skala 1-10 buku ini layak dapat nilai 9. b_man
Rating
+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating


 
 
[Semua Resensi Buku Ini]