Display Buku
When a Man Lost a Woman
 
Rp 29.000
Hemat Rp 1.450
Rp 27.550

 
Apa itu Resensi?

Resensi adalah pertimbangan, pembicaraan atau ulasan sebuah buku.
Resensi itu bukan sekadar menceritakan isi buku atau sinopsis.
Resensi adalah penilaian Anda secara kritis setelah membaca isi buku, apa kelebihannya atau kekurangannya.
Jadi sekali lagi, resensi tidak sama dengan sinopsis dan resensi tidak mengandung spoiler (membocorkan isi cerita yang penting).
Resensi dari f3r1n4
 
  18 Apr 2007 - 11:05:17

Isi Resensi :
When a Man Lost a Woman


Kaya’nya nih, cerita tentang perempuan patah hati udah banyak banget, yang ditulis dengan gaya yang meratap, mendayu-dayu, atau ada juga yang ditulis dengan semangat alias lebih optimis ‘menatap masa depan’. Tapi, gimana kalau sekarang para pria yang patah hati, apakah akan menangis meraung-raung, apa akan mengunci diri dalam kamar, gak makan, gak minum, gak tidur? Atau dengan mudah mencari pengganti perempuan lain? Ita Sembiring – yang sebelumnya pernah menulis novel ‘Jerit: Suatu Ketika Di Lho’seumawe’ dan ‘Negeri Bayangan (Terrorist Free)’ – mencoba ‘menggali’ perasaan para pria yang ditinggalkan atau kehilangan perempuan yang mereka cintai. Seorang penulis perempuan tapi menulis tentang rasa sakit hati cowok-cowok. Gimana jadinya ya? Berhubung Ita Sembiring bermukim di Belanda, maka setting cerita dalam novel ini banyak mengambil tempat di negara Kincir Angin itu. Terdiri dari beberapa cerita pendek dengan tokoh-tokoh yang kalau diulik-ulik saling berhubungan. Kalau pernah nonton film ‘Crash’ pasti ngerti, deh. Diawali dengan Perus yang berusaha menjalin hubungan lagi setelah bercerai dengan istrinta, karena istrinya selingkuh. Tapi, Perus malah akhirnya terjebak cinta yang mungkin tidak akan bisa berlanjut dengan sepupunya sendiri, Erdas. Sementara Erdas, yang ternyata juga mencintai Perus, punya teman namanya Purjil. Purjil adalah perempuan Indonesia yang menikah dengan Boris agar bisa mendapatkan kewarganegaraan Belanda. Lalu, Boris berteman dengan Jan Peter, yang beristri orang Indonesia, Rasti, tapi Rasti ini juga mengkhianatinya. Jan Peter yang kemudian sempat menjalin hubungan dengan Aguisa – yang sempat membuat liburan Perus di Spanyol lebih berwarna. Tapi, apa jadinya kalau Perus, Jan Peter dan Boris bertemu? 3 orang patah hati, 3 orang pria yang pernah disakiti perempuan? Hehehe.. mereka akan bilang, “Aku mau berlibur ke satu tempat yang tidak ada perempuannya.” (Hal. 177) Kalau melihat tokoh-tokoh pria dalam novel ini, memang terkesan bahwa mereka sudah menyerahkan seluruh cinta mereka untuk seorang perempuan tapi, ternyata si perempuan malah meninggalkannya setelah mendapat keuntungan dari laki-laki itu. Contoh Rasti, ia dipercaya untuk mengelola hotel milik Jan Peter di Bali, tapi ternyata ia bukannya mengurus hotel itu, tapi malah membuat guest house lain demi keuntungannya sendiri. Perempuan di novel ini seolah digambarkan hanya terpikat pada pria karena nafsu dan harta. Hmmm… http://lemari-buku-ku.blogspot.com
Rating
+1 rating+1 rating+1 rating+0 rating+0 rating


 
 
[Semua Resensi Buku Ini]