Display Buku
Serbuk Bintang - Stardust
 
Rp 65.000
Hemat Rp 3.250
Rp 61.750

 
Apa itu Resensi?

Resensi adalah pertimbangan, pembicaraan atau ulasan sebuah buku.
Resensi itu bukan sekadar menceritakan isi buku atau sinopsis.
Resensi adalah penilaian Anda secara kritis setelah membaca isi buku, apa kelebihannya atau kekurangannya.
Jadi sekali lagi, resensi tidak sama dengan sinopsis dan resensi tidak mengandung spoiler (membocorkan isi cerita yang penting).
Resensi dari ima
 
  03 Agu 2007 - 13:35:24

Isi Resensi :
Meraih Dambaan Hati


Di sampul belakang buku ini tertulis kata dewasa dua kali. Satu di atas sinopsis (Ini dongeng untuk orang dewasa) dan di atas nomor ISBN di pojok kanan bawah (NOVEL DEWASA). Kata dewasa membuat orang penasaran. Memangnya sedewasa apa sih Stardust itu? Dan seperti apa yang dinamakan dongeng untuk orang dewasa? Dongeng bergenre petualangan romantis ini mengikuti pakem dongeng anak-anak pada umumnya. Tokoh utama adalah orang atau makhluk terhormat meski penampilannya kumal dan miskin papa. Ia berjuang meraih cinta sejatinya dengan penuh pengorbanan. Lokasinya terjadi di negeri antah-berantah meski awalnya disebutkan dekat London. Bertaburan banyak makhluk yang memiliki kekuatan sihir, seperti pohon yang bisa bicara dan berpindah tempat, kuda bertanduk dan tentu saja nenek sihir dan peri – mereka adalah dua tokoh yang jarang absen dalam dunia dongeng. Kapal yang berlayar di angkasa juga ada. Dibumbui dengan perebutan kekuasaan pula. Bedanya, Stardust menghadirkan kelicikan dan kekejaman dalam kadar yang lumayan tinggi. Percobaan pembunuhan baik yang berhasil maupun yang gagal diumbar dengan ringan. Namun yang menandai kedewasaan dongeng ini adalah adanya adegan bercinta. Meski hanya ada dua dan digambarkan dengan relatif halus, tetap saja tidak pantas untuk dikonsumsi mata anak-anak di bawah umur. Tokoh utama dalam Stardust adalah Tristran Thorn. Namun bab pertama dongeng ini mengisahkan Dunstan, ayah Tristran. Dunstan adalah salah seorang penghuni Desa Tembok. Desa yang berjarak semalam perjalanan dengan mobil dari kota London ini berbatasan dengan negeri peri. Batas itu ditandai dengan tembok tinggi dari batu kelabu. Untuk menyeberang menuju negeri peri, orang harus melewati satu-satunya celah yang lebarnya hampir dua meter dan dijaga dua orang lelaki dewasa bersenjatakan pentung. Tak seorang pun boleh memasuki negeri peri kecuali saat perayaan musim semi yang diadakan setiap sembilan tahun sekali di padang rumput seberang tembok. Saat itu diadakan pekan raya di mana semua makhluk bercampur-baur dalam kemeriahan bazaar barang-barang ajaib. Saat Dunstan berusia delapan belas tahun, ia mendapat giliran menjaga celah untuk pertama kalinya. Ia seorang pemuda biasa yang tidak neko-neko. Ia sudah punya pacar bernama Daisy Hempstock yang sudah enam bulan dipacarinya dan hubungan keduanya hampir melangkah ke jenjang perkawinan. Tapi pekan raya kali ini merubah hidupnya untuk selamanya. Dimulai dengan hadiah mantra dari penyewa pondoknya bahwa ia, anak sulungnya dan cucu sulungnya akan memperoleh dambaan hati selama sang penyewa masih hidup. Kemudian keinginannya membeli bunga kaca sebagai hadiah istimewa untuk Daisy berujung pada terpeletnya dirinya pada gadis sang penjaga kios. Dunstan dan gadis yang bukan manusia itu bercinta lalu berpisah. Sembilan bulan kemudian di saat ia sudah menikahi Daisy, datang kiriman seorang bayi lelaki dari balik tembok lengkap dengan secarik kertas bertulis Tristran Thorn. Tristran tumbuh menjadi pemuda canggung yang cerdas dan senang berkhayal. Tak seperti muda-mudi Desa Tembok lainnya, pemuda ceking berjerawat itu ingin sekali bertualang ke dunia luar. Keinginannya terwujud setelah ia mengucapkan sumpah bodoh pada Victoria Forester, teman adiknya. Untuk menghentikan rayuan gombal Tristran, gadis tercantik di Desa Tembok itu menyanggupi akan memberinya apa saja asal berhasil membawa pulang bintang jatuh yang terjatuh di balik tembok kelabu. Karena belum diberitahu siapa ibu kandungnya, Tristran tidak mengerti mengapa ayahnya begitu mendukung niatnya bahkan membantunya menyeberang ke negeri peri. Tapi berhubung sedang mabuk cinta, ia tidak peduli dengan keanehan itu karena yang ada di kepalanya hanyalah mencari bintang jatuh demi cinta Victoria. Maka dalam usia tujuh belas tahun, ia memulai petualangannya di negeri peri. Dalam perjalanan, Tristran bertemu makhluk cebol berbulu bertopi lebar yang pernah ditolong ayahnya. Makhluk aneh itu membalas budi Dunstan dengan menolong dan membekali Tristran beberapa nasehat dan barang ajaib untuk menemukan sang bintang jatuh sebelum mereka berpisah. Tristran terus mencari barang buruannya sendirian hingga berhasil. Ia terkejut saat menemukan sang bintang jatuh ternyata seorang gadis mungil yang galak. Gadis itu sedih dan marah karena terjatuh dari langit hingga kakinya patah. Meski iba, Tristran tetap teguh pada pendiriannya untuk membawa sang bintang jatuh pulang ke Desa Tembok, ke hadapan Victoria. Tak heran bila bintang jatuh yang bernama Yvaine itu sangat membencinya hingga terus mencacinya dengan kasar. Tanpa setahu Tristran dan Yvaine, ada banyak pihak yang memburu Yvaine. Pihak pertama adalah tiga pangeran kejam dan licik dari Stormhold, negeri peri. Karena tidak bisa memilih siapa penerus tahtanya, ayah mereka sang penguasa Stormhold sengaja melempar batu itu jauh-jauh dan tanpa sengaja menimpuk Yvaine hingga jatuh. Siapa yang bisa mendapat batu itu yang menjadi penguasa Stormhold kedelapan puluh dua, begitu titah sang ayah sebelum mangkat. Pihak kedua adalah ratu penyihir yang sepuluh kali lipat lebih kejam dan lebih licik dari tiga pangeran itu. Ia bertekat mendapat jantung sang bintang jatuh untuk bisa mendapatkan kemudaan bagi dirinya dan dua adiknya. Di samping itu masih ada penyihir pemilik kios penjual bunga kaca yang egois. Neil Gaiman berhasil membuat dongeng yang begitu memikat dan diterjemahkan dengan bahasa yang baik dan lancar oleh dua pengalih bahasanya. Bila dibandingkan dengan trilogi The Lord of The Rings yang megah, Stardust tampak sederhana. Tidak ada peperangan kolosal dan duel maut. Makhluk-makhluk dunia sihir yang muncul pun kalah banyak dari saptalogi Narnia. Tapi alur cerita dongeng ini padat dan tidak bertele-tele. Tidak ada halaman yang terbuang sia-sia untuk adegan yang tidak berarti. Jatuh-bangun Tristran dalam melindungi Yvaine yang tidak sudi menurut padanya begitu saja, adu siasat saling bunuh masing-masing tiga pangeran Stormhold supaya bisa mengangkangi batu ratna cempaka sendirian, manipulasi tanpa belas kasihan ratu penyihir dan keputusan yang akan diambil Tristran si bebal yang baik hati dalam menyangkut dambaan hatinya mampu membuat kita buru-buru ingin menyelesaikan novel ini. Stardust tak hanya membuat kita bernostalgia ke masa kecil di saat dongeng-dongeng dari Hans Christian Andersen dan Grimm bersaudara menemani kita hingga tertidur, tapi juga membuat kita berpikir ulang tentang karakter-karakter dongeng yang selama ini kita kenal. Peri yang biasanya digambarkan dengan imut dan anggun ternyata sama busuknya dengan manusia. Apalagi nenek sihir dalam Stardust sangat mengerikan. Jauh lebih licik dan keji dari nenek sihir dalam dongeng Snow White. Yang paling imajinatif adalah penggambaran arwah para peri yang gentayangan.
Rating
+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating+0 rating


 
 
[Semua Resensi Buku Ini]