Display Buku
Daughter of God
 
Rp 46.800
Hemat Rp 9.360
Rp 37.440

 
Apa itu Resensi?

Resensi adalah pertimbangan, pembicaraan atau ulasan sebuah buku.
Resensi itu bukan sekadar menceritakan isi buku atau sinopsis.
Resensi adalah penilaian Anda secara kritis setelah membaca isi buku, apa kelebihannya atau kekurangannya.
Jadi sekali lagi, resensi tidak sama dengan sinopsis dan resensi tidak mengandung spoiler (membocorkan isi cerita yang penting).
Resensi dari prayudi
 
  22 Agu 2006 - 09:15:08

Isi Resensi :
Daughter of God


Kristen sangat meyakini bahwa Kristus adalah seorang putra Tuhan. Vatikan menutup-nutupi bahwa mereka meyakini adanya Juru Selamat Sophia yang hidup di masa lalu. Tahun 310 M orang-orang suruhan Raja Konstantin membunuh Sophia karena takut keberadaannya akan mengguncang Kekaisaran Roma dan Tahta Suci. Pada masa kini, seorang mantan Nazi yang sudah sekarat meminta seorang pialang benda seni bernama Zoe Ridgeway untuk mengembalikan koleksi benda seni curian yang dirampasnya selama masa perang kepada pemiliknya yang berhak. Ia juga menginginkan suami Zoe untuk menerjemahkan kisah Sophia ke dalam bahasa Inggris. Namun, sebelum mereka memulai, seseorang mencuri benda seni itu, membunuh \"pemiliknya\", dan menculik Zoe. Catatan hidup Sophia lenyap. Mafia Rusia menahan Zoe. Beberapa orang utusan dari Vatikan menginginkan Sophia\'s Passion (sebuah kotak emas yang berisi catatan hidupnya). Seth ingin agar Zoe dikembalikan padanya dalam keadaan selamat. Tapi ia menyadari bahwa dirinya dan istrinya, bagi Vatikan, sudah tahu terlalu banyak tentang Sophia sehingga mereka kemungkinan tak akan dibiarkan hidup. DAUGHTER OF GOD adalah sebuah thriller penuh aksi yang berkaitan dengan pencurian benda seni, konspirasi yang sudah terjalin selama lebih dari satu milenium, dan seorang filsuf religius. Aksi-aksi dalam kisah ini bergerak laju, karakter-karakternya membawa alur cerita menuju kesimpulan yang memuaskan. Para pembaca akan terus mengikuti perjalanan Zoe dan Seth sambil terus menikmati dan memahami motif para tokoh antagonis (pihak Rusia dan Vatikan). Hal ini memungkinkan terwujudnya rangkaian cerita yang padat. Dari Penulis Saya terlahir dan dibesarkan di Mississippi, di mana Yesus dan sepak bola menjadi dua hal yang sangat penting. Baik agama, maupun pertandingan Ole Miss State adalah topik pembicaraan yang tidak akan pernah berakhir, menimbulkan rasa cemas, kebahagiaan, kemarahan, ketakutan, kebencian yang dalam, dan perdebatan karena adanya ide yang menyebutkan bahwa wanita tidak memiliki kemampuan untuk menangani kedua obsesi itu. Karena dibesarkan sebagai seorang Presbyterian dari selatan, saya menjadi semakin kehilangan antusiasme saat menginjak dewasa. Ketika mulai bergabung dengan gerakan hak-hak sipil pada tahun 1960-an, saya dengan segera melihat betapa agama itu-tidak hanya di selatan, tapi secara global-telah menjadi alat praktis bagi kontrol sosial dengan kitab-kitab suci dan buku-buku yang diselewengkan dan dipilah-pilah dengan penuh kehati-hatian untuk menemukan bagian-bagiannya yang bisa mendukung penjajahan rasial dan seksual serta perasaan chauvinisme religius yang mengesampingkan keyakinan lain sebagai sebuah kebenaran. Aktivitas saya dalam bidang hak-hak sipil membuat saya--seorang remaja berkulit putih--terkucil dari kebanyakan teman-teman yang lain. Tapi dengan segera saya bisa memiliki teman-teman lain yang mempunyai kesamaan-kebanyakan orang-orang kulit hitam dan Yahudi-yang berlatar belakang dan berbudaya yang pada awalnya asing, tapi pada akhirnya begitu membebaskan dan memberikan pencerahan. Keingintahuan saya tentang agama semakin berkembang. Keingintahuan yang begitu besar yang terpuaskan dengan mempelajarinya di bidang studi agama dan filosofi di perguruan tinggi. Saya semakin memahami bahwa, seperti perusahaan, pemerintahan, dan institusi lainnya, gereja-gereja juga mengembangkan sistem birokrasinya sendiri, momentum untuk menyokong dirinya sendiri, dan rasa hausnya akan kekuasaan yang kemudian mendorong mereka melakukan tindakan-tindakan berdasarkan kepentingan mereka sendiri dan menyebabkan pandangan mereka teralihkan dari fokus utamanya, yaitu membimbing jemaah menuju kondisi spiritual yang baik. Dari sini kita bisa melihat dengan mudah bahwa perselisihan antaragama bukanlah perselisihan antarpenganutnya, tapi malah perselisihan yang disebabkan oleh birokrasi, politik, dan ambisi budaya gereja dan para pemimpin politik yang memaksakan agenda pribadi mereka untuk mencapai kekuasaan dan kejayaan. Tanpa malu-malu lagi mereka melakukan pelecehan agama, menggunakan Tuhan untuk memenuhi ambisi pribadi mereka sendiri-sendiri. Para pemimpin gereja dan sekutu politik mereka telah berbohong, membunuh, melukai, membantai, memaksa, mengancam, dan memulai perang suci untuk mengonsolidasikan kekuasaan mereka. Mereka telah memutarbalikkan kitab suci dan menulis ulang sejarah untuk menyampaikan niat mereka. Dan mereka semua telah memberangus wanita meskipun orang telah melihat Tuhan sebagai seorang perempuan jauh lebih lama daripada melihat Tuhan sebagai seorang laki-laki. Memang Pencipta alam semesta Yang Mahakuasa ini tidak mungkin untuk dinilai sebagai laki-laki atau perempuan. Melihat Tuhan hanya sebagai laki-laki adalah tindakan melecehkan Tuhan. Daughter of God adalah cara saya untuk melihat semua ini. Saya menulisnya dalam bentuk thriller karena itu adalah cara yang paling menyenangkan bagi seorang penulis menuangkan kata-katanya di depan komputer. Saya harap kecintaan saya yang tidak akan berubah ini tersampaikan pada setiap pembaca.
Rating
+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating+1 rating


 
 
[Semua Resensi Buku Ini]