Display Buku
Digital Fortress (Benteng Digital)
 
Rp 69.900
Hemat Rp 3.495
Rp 66.405

 
Apa itu Resensi?

Resensi adalah pertimbangan, pembicaraan atau ulasan sebuah buku.
Resensi itu bukan sekadar menceritakan isi buku atau sinopsis.
Resensi adalah penilaian Anda secara kritis setelah membaca isi buku, apa kelebihannya atau kekurangannya.
Jadi sekali lagi, resensi tidak sama dengan sinopsis dan resensi tidak mengandung spoiler (membocorkan isi cerita yang penting).
Resensi dari jia
 
  20 Des 2006 - 13:36:04

Isi Resensi :
Benteng Digital: Alogaritma yang Mustahil


Oleh Pujia Pernami Membaca awalnya, mengingatkan saya pada buku-buku harlequin yang sering saya lahap semasa kuliah. Satu chapter basa basi percintaan. Chapter satu, chapter dua, chapter tiga, saya makan dengan lahap. Tanpa terasa sudah menginjak halaman 116. Kesan di seratus halaman pertama: basi, membosankan, terlalu Brown, dengan pola yang sama dengan buku-buku sebelumnya, dengan cerita yang lebih ringan dibandingkan konspirasi biara di Da Vinci Code, atau pembahasan tentang anti-materi dalam Malaikat dan Iblis. Saya hampir melemparkan buku ini kalau saja saya tidak sedang dilanda bosan dan patah hati. Dan Brown kembali menampilkan pasangan profesor bahasa dan ahli kriptologi yang tengah dimabuk asmara. Hmm…mirip Langdon dan Nuveu. Bedanya, kalau kisah cinta Langdon dan Nuvue digambarkan implisit, tokoh kita ini memang sepasang kekasih yang berencana untuk segera menikah. Susan Fletcher adalah kepala bagian departemen Kriptologi National Security Agency. Sementara kekasihnya, David Becker, seorang profesor bahasa yang menguasai enam dialek Asia dan juga bahasa Spanyol, Italia, dan Perancis. Mereka bertemu pertama kali saat NSA meminta Becker untuk menerjemahkan sebuah sandi yang ditulis dalam tulisan kanji. Pasangan ini terpaksa membatalkan rencana liburannya karena sebuah komputer cerdik pembongkar sandi di National Security Agency tiba-tiba mandeg. Komputer canggih bernama TRANSLTR yang disebut-sebut sebagai alat yang dapat mengurai semua sandi-tak-terpecahkan dengan menggunakan brute force¥ ini tiba-tiba bekerja lebih lama dari biasanya. Biasanya, TRANSLTR hanya membutuhkan waktu beberapa detik untuk memecahkan sebuah kode. Sandi dengan digit alogaritma lebih panjang, dapat dipecahkan dalam waktu paling lama 3 jam. Kali ini, angka di RUN-monitor menunjukkan bahwa TRANSLTR telah lebih dari 15 jam bekerja. Wakil direktur NSA kelabakan dan memanggil ahli kriptografinya, Susan Fletcher untuk menyelesaikan masalah ini. File yang menyebabkan TRANSLTR kebingungan ini ternyata dilindungi oleh sebuah algoritma baru yang terus bermutasi, sehingga meski password yang tepat telah ditemukan TRANSLTR terus mencari. Algoritma yang dinamakan digital fortress atau benteng digital ini disebut-sebut dapat melindungi sebuah file dari penyadapan. Keberadaan NSA sebenarnya menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat IT. Tugas utama NSA adalah menyaring semua file yang terkirim melalui jaringan internet dan memastikan bahwa file tersebut tidak disusupi pesan-pesan terorisme. Masalahnya, tak semua file yang terjaring komputer NSA adalah pesan-pesan rahasia atau berbahaya. Banyak diantaranya adalah pesan pribadi. Masyarakat Amerika Serikat yang menganggap privasi adalah hal yang sangat berharga merasa dimata-matai dan disadap dengan adanya NSA dan TRANSLTR. Keberadaan TRANSLTR sendiri dirahasiakan dari publik. TRANSLTR memang dipublikasikan pada saat risetnya. Namun, ketika TRANSLTR terbukti dapat memecahkan semua pesan tersembunyi, Strathmore, sang wakil direktur NSA merahasiakan keberhasilan riset timnya ini. Diinformasikan pada publik, TRANSLTR tak berjalan sebagaimana mestinya. Salah satu karyawan NSA, Ensei Tankado, merasa tak suka jika keberadaan TRANSLTR dirahasiakan. Akhirnya dia keluar dengan ancaman; akan membuat sebuah sistem yang bisa melemahkan TRANSLTR. Tankado berhasil membuat benteng digital tersebut. Alogaritma inilah yang membuat TRANSLTR kelelahan dan kebingungan mendapatkan password yang tepat untuk membuka kode-kode dibalik sebuah file. Hanya Tankado yang memiliki password tersebut. Sayangnya, ia mati terbunuh. Dikirimlah David Becker, kekasih Susan Flecher, untuk mengemasi semua barang peninggalan Tankado yang melekat di badannya untuk mencari password dari benteng digital. Strathmore sengaja mengirim orang sipil yang tak ada hubungannya dengan NSA agar tidak dicurigai. Sayangnya, David tak berhasil mendapatkan apa yang Strathmore inginkan. Perjalanan singkat di Spanyol berubah menjadi permainan kucing-kucingan dengan seorang pembunuh bayaran tuli. Di kantor NSA, petualangan Susan Fletcher tak kalah serunya dengan apa yang dialami David di Seville. Pembunuhan, hingga meledaknya TRANSLTR, mewarnai hidup Susan hari itu. Buku ini cukup menghibur di tengah siang yang terik sepi dan tak ada kerjaan. Tapi ya, so so. Daya tariknya hanya karena yang menulis adalah Dan Brown. Tak ada isu baru. Semuanya sangat Dan Brown. Tak lebih menarik dari The Da Vinci Code. Ringan. Beberapa hari kemudian, ketika saya browsing internet, saya mendapatkan fakta-fakta tentang Digital Fortress di Wikipedia. Beberapa fakta yang kelihatannya sungguhan, ternyata hanya khayalan penulisnya semata. Dari mulai soal kriptografi dan program komputer, penjelasan tentang Seville dan tata kotanya, nama yang digunakan Brown untuk menyebut tokoh Jepangnya, hingga kandungan uranium dalam bom Hirosima dan Nagasaki. Misalnya, penggambaran katerdal Seville dan menara loncengnya yang terkenal; Giralda. Brown menyebutkan dalam Digital Fortress bahwa Giralda adalah menara yang dibangun oleh bangsa Moor, kaum muslim abad pertengahan yang tinggal di Al-Andalus. Dibangun pada abad ke 15 dengan tinggi 419 kaki atau sekitar 140 meter. Kenyataannya, Giralda dibangun pada tahun 1184 oleh dinasti Almohad dengan tinggi 320 kaki (97,5 m). Di akhir buku ini, ada satu halaman yang hanya mengandung satu deret angka; yaitu 128-10-93-85-10-128-98-112-6-6-25-126-39-1-68-78 Jika kita membaca buku ini versi bahasa inggrisnya, kode itu dapat dipecahkan dengan melihat huruf pertama dari bab yang ditulis. Misalnya, huruf pertama pada chapter 128 adalah ‘W’, dari kalimat “When Susan Awoke”. Teks lengkap dari sandi di atas adalah WECGEWHYAAIORTNU. Huruf-huruf itu dapat di transformasikan ke dalam sebuah kalimat yang mengandung makna dengan menggunakan “kotak caesar”. WECG EWHY AAIO RTNU Kemudian di baca dari atas ke bawah: WEAREWATCHINGYOU. Tambahkan spasi: We Are Watching You. Sayang, setelah diterjemahkan huruf awal dari chapter-chapter ini berubah, dan deretan angka di halaman 579 buku ini menjadi deretan tak bermakna. jie Kalibata, 15 Juni 2006
Rating
+1 rating+1 rating+0 rating+0 rating+0 rating


 
 
[Semua Resensi Buku Ini]