Berita Terbaru | |
Semua Kategori » Promo » Paket Gajah Mada #1-5 (Soft Cover) |
Paket Gajah Mada #1-5 (Soft Cover) |
|||||||||||||
Promo - Minggu, 30 Des 2007 09:58:17 | |||||||||||||
Novel sejarah serial Gajah Mada karya Langit Kresna Hariadi dari penerbit Tiga Serangkai dari seri 1-5 dipaketkan dengan diskon 20% hanya selama masa promo. Jadi, buruan dapatkan paket Gajah Mada #1-5 (Soft Cover) dengan diskon 20% sebelum masa promo berakhir hanya di BukuKita.com! Serial Gajah Mada #1-5 terdiri dari: Gajah Mada #1 - Damai yang senantiasa menyelimuti tiba-tiba koyak. Lepas pelukan mimpi tidak mungkin dituntaskan karena genderang perang membangunkan isi kehidupan Majapahit. Pada sebuah fajar yang masih beku, para Rakrian Dharmaputra Winehsuka menebar tembang duka. Ra Kuti menaburkan aroma pembantaian, pemerkosaan, dan penjarahan. Kemegahan bumi Wilwatika seketika porak-poranda. Akan tetapi, tetes darah, keringat, dan air mata Gajahmada serta pasukan Bhayangkara akhirnya mampu mengembalikan kehormatan dan mempersembahkan kejayaan yang bakal terus dikenang oleh sejarah. Gajah Mada #2 : Bergelut dalam Kemelut Takhta dan Angkara - "Bagaskara Manjer Kawuryan? Siapakah orang yang mencoba bermain-main denganku menggunakan nama yang semestinya terkubur bersama kematian X?" Gajah Mada meletupkan rasa penasarannya dalam hati. Sembilan tahun sejak pemberontakan Ra Kuti, baru diketahui orang yang berada di balik nama itu adalah X. Setelah X mati, kini tiba-tiba ada orang lain yang menggunakan nama itu. Pemahaman terhadap kata sandi Bagaskara Manjer Kawuryan sangat terbatas dan nyaris terkubur oleh waktu yang telah bergerak sembilan tahun lamanya. Namun, ternyata di luar sana, entah siapa, setidaknya ada orang yang tahu makna kata sandi itu. Di balik penampilannya yang aneh, menunggang kuda putih, mengenakan jubah berwarna putih, dan menyembunyikan wajah di balik topeng, orang itu mengetahui banyak hal, mengetahui adanya kata sandi Bagaskara Manjer Kawuryan. Gajah Mada #3 : Hamukti Palapa - "Untuk Mewujudkan keinginanku atas Majapahit yang besar." ucap Gajah Mada dengan suara amat lantang. "Untuk mewujudkan mimpi kita semua, aku bersumpah akan menjauhi hamukti wiwaha sebelum cita-citaku dan cita-cita kita bersama itu terwujud. Aku tidak akan bersenang-senang dahulu. Aku akan tetap berprihatin dalam puasa tanpa ujung semata-mata demi kebesaran Majapahit. Aku bersumpah untuk tidak beristirahat. Lamun huwus kalah Nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjugpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasek, samana ingsun amukti palapa." Senyap pendapa Bale Manguntur mendengar sumpah yang disaksikan matahari yang panas menggila. Semua orang masih terpesona pada jejak sumpah mengerikan yang diucapkan Gajah Mada. Sumpah itu memang layak disebut mengerikan. Entah dengan cara bagaimana Gajah Mada bisa menanggungnya. Sumpah itu terlampau mengerikan bagi sahabat Gajah Mada karena betapa keras kerja yang harus dilakukan untuk mewujudkannya. Gajah Mada #4 : Perang Bubat - "Aku tetap bersikukuh pada permintaanku yang telah kukirim berulang kali. Aku tetap meminta agar Sunda segera menyatakan diri bergabung dengan Majapahit karena masalah yang akan dihadapi Sunda Galuh sama dengan yang harus dihadapi Majapahit. Sampaikan kepada rajamu, hari inilah saatnya untuk menentukan sikap, akan tetap berdiri sendiri atau tunduk pada kehendak kelompok yang lebih besar. Tidak ada tawar-menawar lagi. Kehadiran temanten dari Sunda Galuh kali ini sekaligus merupakan pernyataan bahwa Sunda Galuh bersedia tunduk menjadi bagian dari Majapahit. Pengulangan ucapan Gajah Mada yang disampaikan Temenggung Larang Agung itu memaksa udara ikut berhenti bergerak dan menyihir orang-orang Sunda Galuh untuk terjerembab dalam kubangan perasaan sewarna, marah! Serentak para pengiring Maharaja Linggabuana mengambil sikap. Semua menyingsingkan kain wiron dan mengubah letak kujang ke pinggang masing-masing serta melepas tali pengikat pedang untuk memudahkan ketika melolos pedang itu dari sarungnya. Gajah Mada #5 : Madakaripura Hamukti Moksa - Dengan kebebasan yang aku miliki, aku bisa berada di mana pun dalam waktu lama tanpa terganggu oleh keinginan pulang. Lebih dari itu, aku berharap apa yang kulakukan itu akan menyempurnakan pilihan akhir hidupku dalam semangat hamukti moksa. Biarlah orang mengenangku hanya sebagai Gajah Mada yang tanpa asal-usul, tak diketahui siapa orang tuanya, tak diketahui di mana kuburnya, dan tak diketahui anak turunnya. Biarlah Gajah Mada hilang lenyap, moksa tidak diketahui jejak telapak kakinya, murca berubah bentuk menjadi udara. |
|||||||||||||
|
|||||||||||||