Berita Terbaru | |
Semua Kategori » Buku » The Liebermann Papers : Vienna Blood |
The Liebermann Papers : Vienna Blood |
|||||||||||||
Buku - Jumat, 20 Jul 2007 11:20:47 | |||||||||||||
Vienna Blood, buku kedua Tallis dalam seri Liebermann ini mengingatkan para pembaca pada buku pertamanya, A Death in Vienna. Pada masa ketika semua pembaca telah akrab dengan berbagai trik forensik, dengan cerdas Tallis membawa kita kembali ke masa keemasan teori kriminologi zaman Victoria dan gagasan baru tentang pikiran bawah sadar. Tallis mengisahkan sebuah misteri pembunuhan dengan kecerdasan luar biasa. Sebuah novel detektif yang cerdas dan pandangan menggiurkan tentang kehidupan masyarakat kelas atas Wina. Vienna Blood - buku kedua Tallis dalam serial Liebermann Papers. Mayat terpotong—pembunuhan dengan mutilasi—memunculkan berbagai simbol aneh, juga latar belakang korban yang acak. Dalam cekaman musim dingin Siberia 1902, Wina diguncangkan oleh pembunuhan berantai. Sang murid Freud, detektif psikoanalis Dr. Max Liebermann, kembali harus membantu sahabatnya, Inspektur Detektif Oskar Rheinhardt, memecahkan misteri rumit ini. Penyelidikan pun membawa mereka pada sebuah perkumpulan rahasia, gerakan bawah tanah beranggotakan kaum elite sastra Jerman, pencetus teori rasial dan para ilmuwan yang terinspirasi oleh teori baru evolusi dari Inggris. Awalnya, pemikiran sang pembunuh seolah tak tertembus—sikap dan jejak yang ditinggalkannya tak tersentuh oleh interpretasi psikoanalisis. Namun lambat laun, semakin jelas bahwa latar belakang yang luar biasa dan mencengangkan mendasari tindakannya. Sementara pada saat yang sama, Liebermann pun harus memecahkan misteri hati dan cintanya …. A Death in Vienna - buku pertama Tallis dalam serial Liebermann Papers. "Tuhan, ampuni aku atas apa yang telah kulakukan. Di dunia ini memang ada pengetahuan yang terlarang. Ia akan membawaku ke neraka—dan tak ada jalan untuk bertobat." Pesan yang mirip surat bunuh diri ini ditemukan di dekat tubuh Charlotte Löwenstein, wanita medium misterius yang ditemukan tewas dengan luka tembak di ruangan yang terkunci dari dalam. Tak ditemukan senjata, tak ada jejak peluru. Benarkah dia bunuh diri? Mungkinkah itu pembunuhan supernatural? Adakah hubungannya dengan badai besar pada malam itu dan Seth, dewa kehancuran—dewa badai dan kejahatan? Dengan ketajaman analisisnya, psikiater muda Max Liebermann membantu sahabatnya, Inspektur Oskar Rheinhardt, memecahkan misteri kematian itu. Kedua tokoh ini mengajak kita menjelajahi Wina, kota eksotik Eropa yang kaya dengan seni, filsafat, musik, dan sains dalam seri The Liebermann Papers. |
|||||||||||||
|
|||||||||||||