Berita Terbaru
  Semua Kategori » Buku » Legenda Pendekar Rajawali

Legenda Pendekar Rajawali

  Buku - Minggu, 01 Jul 2007 16:23:27
  Siapa yang tidak kenal dengan Pasangan Pendekar Rajawali Kwee Ceng dan Oey Yong, Yo Ko dan Siao Long Lie. Tatkala waktu itu diputar pertama kali di salah satu stasiun televisi tanah air, jalanan Jakarta pada saat pulang kantor terkondisi hening, tiada keramaian yang biasa berkecamuk. Hampir sebagian penduduk Jakarta sedang duduk dengan manisnya bersama keluarga atau teman kos sedang menatap sebuah tayangan di televisi. Apakah tayangan itu? Ya, tidak lain tidak bukan, Sin Tiauw Hiap Lu atau Kembalinya Sang Pendekar Rajawali. Kini telah hadir kisah sebelum Sin Tiauw Hiap Lu, yaitu Sia Tiauw Eng Hiong atau Legenda Pendekar Rajawali atau Memanah Burung Rajawali.

Pendahuluan kisah Sia Tiauw Eng Hiong

Beberapa tahun telah berselang, Kaisar Kho Tjong itu digantikan Kaisar Hauw Tjong, Kaisar Hauw Tjong digantikan Kaisar Kong Tjong, lalu Kaisar Leng Tjong. Pada tahun Keng-goan ke-5 dari kaisar ini, selagi musim dingin, telah turun hujan salju besar selama dua hari berturut-turut, hingga Hangtjiu, ibu kota kerajaan Song itu, seperti bermandikan air perak, bercahaya berkilau, indah dipandangnya. Dan di waktu begitu, kaisar dan menteri-menterinya, dengan duduk mengelilingi perapian, bersenang-senang menenggak air kata-kata....

Cuplikan bab 1:

Di luar kota Hangtjioe, di sebelah timurnya, di dusun Goe-kee-tjoen, dua orang gagah pun tengah minum arak putih sambil duduk berhadapan, oleh karena mereka adalah bagaikan saudara sejati. Dari mereka itu, yang satu bernama Kwee Siauw Thian, yang lainnya Yo Tiat Sim, kedua-duanya ada turunan orang-orang kenamaan.

Siauw Thian itu ada turunan dari Say-Djin-Koei Kwee Seng, itu salah satu jago dari seratus delapan orang kosen dari gunung Liangsan, yang kesohor ilmu silat tombaknya, hanya setelah tiba pada ia ini, tombak yang panjang diganti dengan sepasang tombak pendek dan bergaetan (siangkek). Sementara Yo Tiat Sim ada turunan panglima Yo Tjay Hin di bawahan jenderal Gak Hoei dan ilmu tombaknya ada warisan leluhurnya. Mulanya kedua orang ini bertemu dalam pengembaraan, setelah dapat kecocokan, mereka angkat saudara, bersama-sama mereka pindah dan tinggal di dusunnya ini. Kebiasaan mereka adalah duduk berkumpul, pasang omong dan meyakinkan ilmu silat.

Demikian itu hari, selagi salju turun, mereka duduk minum arak dan berbicara dengan asyik, tempo mereka omong hal nasibnya negara, keduanya menjadi berduka dan mendongkol, tiba-tiba saja Tiat Sim mengeprak meja dengan keras. Justru itu ada seorang keluar dari ruang dalam, apabila gorden disingkap, terlihatlah seorang wanita yang cantik sekali, tangannya memegang nampan di atas mana ada terdapat masakan daging kerbau serta ayam.

Novel Sia Tiauw Eng Hiong tersedia dalam:

Sia Tiauw Eng Hiong
Soft Cover
Sia Tiauw Eng Hiong
Hard Cover


Kisah Sia Tiauw Eng Hiong ini berlanjut ke kisah Sin Tiauw Hiap Lu.

Sin Tiauw Hiap LuMusim rontok, nona Kanglam petik teratai di pinggir sungai,
Lengan baju sempit, koen-nya enteng melambai-lambai,
Sepasang gelang emas, lapat-lapat kelihatan.
Bayangan muka (atas air), memetik bunga, bunga laksana muka,
Hati tergoncang ibarat getaran tali tetabuan tjeng,
Di tikungan Sungai Keetjio, gelombang badai datangnya terlambat,
Halimun tebal, asap enteng berterbangan,
Tapi si dia yang ditunggu, tak juga muncul kelihatan.
Suara nyanyian lapat-lapat membikin ingat ‘tu kejadian.
Ketika di gili-gili Kanglam dengan sedih berpisahan.


Demikianlah sajak "Kupu-kupu rindukan bunga" yang dibuat oleh penyair kenamaan zaman Pak Song (Song Utara), Ouwyang Sioe. Ia lukiskan pemandangan selagi seorang gadis Kanglam memetik teratai, dengan hanya menggunakan enam puluh huruf Tionghoa. Akan tetapi, dengan enam puluh huruf itu, ia berhasil melukiskan musimnya, tempatnya, pemandangannya, parasnya sang nona, pakaiannya, perhiasannya dan perasaannya, semuanya dilukiskan dengan indah sekali seperti cuma dapat dilukiskan oleh seorang penyair besar.

Ouwyang Sioe tinggal lama di Kanglam, sehingga ia mengetahui benar keadaan di daerah itu. Musim semi dengan pohon yanglioe-nya, musim panas dengan buah engtoh-nya dan musim rontok dengan gadis-gadisnya yang memetik buah teratai, adalah pemandangan istimewa dari Kanglam yang indah permai.

Pada zaman Kaizar Leetjong dari kerajaan Lam Song (Song Selatan), di Ouwtjioe, daerah Kanglam (daerah sebelah selatan Sungai Besar), terdapat sebuah kota kecil yang namanya Lengouw.

Ketika itu sudah mendekati Tiongtjhioe (pertengahan musim rontok) dan buah teratai Kanglam yang kesohor lezat sudah menjadi masak. Di atas kali yang mengalir di pinggir kota waktu itu orang dapat lihat sebuah perahu kecil, dimana terdapat lima gadis jelita, yang, sembari menyanyi dan tertawa-tawa, sedang memetik buah teratai. Tiga antaranya berusia kurang lebih 15 tahun, sedang dua yang lain adalah bocah-bocah yang baru berusia sembilan tahun. Kedua bocah itu adalah misanan yang perbedaan usianya cuma kacek setengah tahun, sang kakak she Thia bernama Eng, sedang sang adik she Liok bernama Boe Song. Sifatnya Thia Eng adalah halus dan pendiam, sedang Boe Song lincah dan gesit.

Sembari nyanyikan lagu-lagu rakyat, ketiga gadis yang lebih besar gayuh keluar perahunya dari pohon-pohon teratai.
   
 
  Berita Lainnya
Misteri Detektif Karen Sharpe : A Child’s Game
29 Jun 2007-[Buku]
Soft Bread
28 Jun 2007-[Buku]
Buku-Buku Pengisi Liburan untuk Balita dan Anak-Anak
26 Jun 2007-[Buku]
Panduan dan Literasi Hadits Qudsi
22 Jun 2007-[Buku]
Kartun Riwayat Peradaban Modern
20 Jun 2007-[Buku]