|
Ibrahim Fawal menuturkan kisah memilukan terusirnya sebuah bangsa dari tanah air yang telah ribuan tahun mereka diami. Fawal seakan-akan melantunkan nyanyian duka puluhan ribu penduduk Palestina yang dibantai, diperkosa, kehilangan rumah dan keluarga, bahkan kehilangan pandangan hidup karena situasi politik yang nyatanya masih berlangsung hingga saat ini. Bersamaan dengan itu, pecahlah kedamaian antar-umat Kristen, Islam, dan Yahudi, yang sebelumnya hidup rukun beratus-ratus tahun di Palestina. Dendam dan amarah pun tumbuh.
Kisah dalam novel ini tambah menarik karena diwarnai lika-liku cinta antara Yousif Safi, sang tokoh utama, dan Salwa, seorang gadis cantik di kotanya. Bukan sekadar kisah romantisme sebagai pemanis atau bumbu belaka. Bukan pula kisah cinta remaja yang penuh kecengengan. Yousif bahkan menempatkan Salwa dan Palestina pada tataran yang sama. Cintanya terhadap Palestina sama besarnya dengan cintanya terhadap Salwa. Bahkan ada benang merah yang menghubungkan bahwa perjalanan cintanya terhadap Palestina memiliki alur yang mirip dengan kisah cintanya terhadap Salwa.
Inilah kisah seorang anak manusia yang terjebak dalam situasi yang menguji kesetiaannya pada Tuhan, tanah air, dan kemanusiaan. Akankah ia mengkhianati semua yang dicintainya itu? Ataukah ia akan menyerah pada dendam dan amarah yang membutakan hati? |