Di Bawah Bendera Merah
3.43 avg rating - 2972 Goodreads ratings
Rp 39.000
Hemat Rp 1.950
Rp 37.050
Judul
Di Bawah Bendera Merah
Penulis
No. ISBN
9789790244108
Penerbit
Tanggal terbit
Juli - 2013
Jumlah Halaman
144
Berat
-
Jenis Cover
Soft Cover
Dimensi(L x P)
-
Kategori
Sosial-Budaya
Bonus
-
Text Bahasa
Indonesia ·
Stok Tidak Tersedia
DESCRIPTION
Memoar berbentuk novel ini mengisahkan masa 40 tahun kehidupan Mo Yan, pengarang legendaris China, dengan benang merah kenangan masa kecilnya. Dalam buku ini, dengan kalimat-kalimat memikatterkadang nakal dan menggelitikMo Yan menceritakan kisah cinta sekolah rendah, gejolak perubahan sosial politik China di bawah kibaran bendera merah, serta kronik sejarah yang di-kaitkan dengan pengalaman personalnya dan orang-orang yang dikenalnya sejak kecil.
Buku ini mewakili kisah orang-orang jelata dalam lintasan sejarah, tapi sesungguhnya mengandung perenungan yang cerdas dan dalam. Inilah kisah menyentuh yang dituturkan dengan bersahaja oleh seorang lelaki miskin putus sekolah yang melalui perjuangan panjang akhirnya berhasil mencapai cita-citanya dan mencuat ke pentas dunia sebagai pemenang Hadiah Nobel Sastra.
Buku ini mewakili kisah orang-orang jelata dalam lintasan sejarah, tapi sesungguhnya mengandung perenungan yang cerdas dan dalam. Inilah kisah menyentuh yang dituturkan dengan bersahaja oleh seorang lelaki miskin putus sekolah yang melalui perjuangan panjang akhirnya berhasil mencapai cita-citanya dan mencuat ke pentas dunia sebagai pemenang Hadiah Nobel Sastra.
***
Serupa para pencipta realisme magis Amerika Latin seperti Gabriel Garca Mrquez, Mo Yan merentangkan batas-batas realisme dan historisisme menuju arah baru.
Tempo
Dengan meramu fantasi dan realitas, perspektif sejarah dan sosial, Mo Yan menciptakan sebuah dunia rekaan yang kompleks dan mengingatkan kita pada karya-karya William Faulkner dan Gabriel Garca Mrquez, sekaligus mengandung akar sastra lama dan tradisi lisan China.
Panitia Hadiah Nobel Sastra
Mo Yan yang telah melahirkan banyak karya berkualitas amat pantas meraih Hadiah Nobel Sastra. Ini sekaligus kemenangan bagi sastra Asia yang selama ini kerap terpinggirkan dalam percaturan sastra dunia.
Pikiran Rakyat
Tempo
Dengan meramu fantasi dan realitas, perspektif sejarah dan sosial, Mo Yan menciptakan sebuah dunia rekaan yang kompleks dan mengingatkan kita pada karya-karya William Faulkner dan Gabriel Garca Mrquez, sekaligus mengandung akar sastra lama dan tradisi lisan China.
Panitia Hadiah Nobel Sastra
Mo Yan yang telah melahirkan banyak karya berkualitas amat pantas meraih Hadiah Nobel Sastra. Ini sekaligus kemenangan bagi sastra Asia yang selama ini kerap terpinggirkan dalam percaturan sastra dunia.
Pikiran Rakyat
REVIEW Di Bawah Bendera Merah
Rating |
Dalam memoarnya ini Mo Yan mengawalinya dengan kisahnya saat ia dikeluarkan dari sekolah, walau tidak disebutkan secara jelas penyebab utamanya namun Mo Yan menulis dirinya selalu menjadi anak pemalu yang sial dan selalu mendapat pandangan negatif baik dari kedua orang tua, guru-guru, dan orang-orang yang mengenalnya
"Tidak seorang pun pernah mengaitkan diriku dengan sesuatu yang baik atau berguna. Namun, jika terjadi peristiwa buruk maka semua jari diarahkan kepadaku. Orang-orang mengatakan aku ini pemberontak, isi kepalaku sangat buruk, aku membenci sekolah dan guru-guru" (hlm 4)
Kenyataannya Mo Yan tidak membenci sekolah karena dalam novel ini dikisahkan bahwa walaupun telah diusir dari sekolahnya Mo Yan tetap mengunjungi sekolahnya dan melihat mantan teman-teman sekelasnya melakukan berbagai kegiatan..
Setelah terpaksa drop out dari sekolah dasar di usianya yang ke 12, Mo Yan yang pada awalnya memiliki cita-cita sederhana untuk menjadi sopir truk melanjutkan kehidupannya sebagai pekerja kontrak di pabrik pengolahan kapas sambil mencoba melamar menjadi Tentara Pembebasan Rakyat. Setelah berkali-kali lamarannya ditolak akhirnya pada tahun 1976 ia berhasil diterima sebagai Tentara. Ternyata kariernya di ketentaraan inilah yang menghantarnya menjadi seorang penulis. Pada tahun 1978 Mo Yan mempelajari bidang penulisan sastra dan dari situlah ia mulai mencoba menulis cerpen untuk dikirimkan ke beberapa majalah
Setelah berkali-kali mengalami penolakan akhirnya pada tahun 1981 cerpen pertamanya dimuat di sebuah majalah lokal dan sejak itu semangat menulisnya semakin menggebu-gebu sehingga di tahun 1984 MoYan mengikuti ujian masuk Jurusan Sastra di Institut Seni Tentara Pembebasan Rakyat, dan tak lama kemudian novel pendeknya yang berjudul Lobak yang Tembus Pandang diterbitkan dan memperoleh pengakuan luas hingga akhirnya diikuti oleh terbitnya novel Sorgum Merah yang meledak dua tahun kemudian.
Selain tentang perjalanan karirnya dari seorang pekerja pabrik, tentara, lalu menjadi seorang penulis, dalam memoarnya ini Mo Yan juga menceritakan kehidupan seorang sahabat masa kecilnya yatiu He Zhiwu yang sama-sama memiliki obsesi untuk mengendarai Truk Gaz 51.
Mo Yan tampaknya sangat terkesan dengan He Zhiwu dan obsesinya untuk mengendarai truk, semuanya ini ia tuangkan di sepanjang memoarnya sehingga kisah He Zhiwu dan Truk Gaz 51 selalu muncul dan menjadi salah satu bagian yang menghibur dan menarik dalam buku ini. Karenanya sangat tepat jika penerbit Serambi menampilkan ilustrasi seorang tentara muda yang sedang duduk di atas truk sambil mengibarkan bendera merah pada cover novel ini. Ilustrasi cover yang lebih menarik dibanding cover edisi bahasa Inggrisnya.
Dalam memoarnya ini juga kita bisa melihat bagaimana kondisi serta gejolak perubahan sosial politik di China, serta kronik sejarah di mata rakyat biasa yang dikaitkan dengan pengalaman pribadi Mo Yan. Contohnya dari pengalamannya sebagai anak petani yang bekerja sebagai pekerja kontra di pabrik kapas Mo Yan menulis bagaimana pandangan umum masyarakat China saat itu tentang status sosial petani.
"Pekerjaan kontrak di pabrik pengolahan kapas memang lebih baik daripada bertani di desa, tetapi aku masih terdaftar sebagai petani, dan jika hal itu tidak berubah, aku tetap terjebak di anak tangga masnyarakat paling bawah" (hlm 33)
Atau bagaimana Mo Yan juga mengungkapkan kekhawatiran rakyat China akan masa depan negaranya yang akan suram setelah kematian Ketua Mao (Mao Tze Tung) yang ternyata tidak terbukti
"Kami juga meyakini kematian ketua Mao menjadi malapetaka bagi China. Namun, dua tahun kemudian, China tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga mulai berkembang. Perguruan tinggi dan universitas telah mebuka pintunya lagi; tuan tanah di pedesaan dan petani kaya menyeruak dari status mereka yang direndahkan; keluarga petani mampu hidup lebih baik; dan lembu milik kelompok produksi makin gemuk. Bahkan, orang sepertiku difoto di depan Lapangan Tianamen dan melihat mayat Ketua Mao dengan mata sendiri" (hlm 60)
Yang agak disayangkan dalam novel ini adalah Mo Yan menulis memoarnya secara tanggung, ada hal-hal yang tidak diungkapkannya seperti misalnya bagaimana prose kreatif tentang novel Red Shorgum yang mengantarnya menjadi penulis terkenal, atau kisah bagaimana novel-novelnya sempat dilarang. Entah kenapa hal itu tidak disinggungnya dalam memoar yang untuk pertama kalinya terbit pada tahun 2010 yang lalu.
Memoar ini diterjemahkan dari edisi bahasa Inggrisnya yang berjudul "Change". Sedangkan untuk edisi bahasa Indonesianya judulnya menjadi Di bawah Bendera Merah. Judul edisi terjemahannya memang terkesan lebih seksi dan memikat dibanding "Change". Pilihan judul yang cukup beralasan dan dapat menggambarkan isi dari novel otobiografis ini karena Bendera Merah identik dengan warna bendera dan warna pemerintahan komunis China yang memang mewarnai kehidupan dan karier Mo Yan selama ini
Dilihat dari bagaimana Mo Yan mengisahkan situasi politik di China secara sederhana namun mengandung makna yang dalam yang dikaitkan dalam kehidupan personalnya saya sependapat dengan Anton Kurnia (Pemimpin Redaksi Penerbit Serambi) dalam kata pengantarnya yang mengatakan bahwa,
"Buku ini mewakili sejarah orang-orang kecil, semacam petit histoire yang dituturkan dengan sederhana, tetapi sesungguhnya mengandung refleksi yang cerdas dan dalam.
Goodreads Review Di Bawah Bendera Merah
WHY CHOOSE US?
TERLENGKAP + DISCOUNTS
Nikmati koleksi Buku Sosial-Budaya terlengkap ditambah discount spesial.
Nikmati koleksi Buku Sosial-Budaya terlengkap ditambah discount spesial.
FAST SHIPPING
Pesanan Anda segera Kami proses setelah pembayaran lunas. Dikirim melalui TIKI, JNE, POS, SICEPAT.
Pesanan Anda segera Kami proses setelah pembayaran lunas. Dikirim melalui TIKI, JNE, POS, SICEPAT.
BERKUALITAS DAN TERPERCAYA
Semua barang terjamin kualitasnya dan terpercaya oleh ratusan ribu pembeli sejak 2006. Berikut Testimonial dari Pengguna Jasa Bukukita.com
Semua barang terjamin kualitasnya dan terpercaya oleh ratusan ribu pembeli sejak 2006. Berikut Testimonial dari Pengguna Jasa Bukukita.com
LOWEST PRICE
Kami selalu memberikan harga terbaik, penawaran khusus seperti edisi tanda-tangan dan promo lainnya
Kami selalu memberikan harga terbaik, penawaran khusus seperti edisi tanda-tangan dan promo lainnya