Surat Cinta Dari Rindu
4.42 avg rating - 19 Goodreads ratings
Rp 49.000
Hemat Rp 2.450
Rp 46.550
Judul
Surat Cinta Dari Rindu
Penulis
No. ISBN
9786023853779
Penerbit
Tanggal terbit
Maret - 2018
Jumlah Halaman
168
Berat
250 gr
Jenis Cover
Soft Cover
Dimensi(L x P)
14x21mm
Kategori
Sastra
Bonus
-
Text Bahasa
Indonesia ·
Stok Tidak Tersedia
DESCRIPTION
Andai tak perlu aksara
kala menulis Surat Cinta,
takkan tertulis Rindu
sebagai namaku.
Surat Cinta dari Rindu, Candra Malik, 2017
TENTANG PENULIS:
CANDRA MALIK, oleh Begawan Sastra Indonesia, Profesor Budi Darma, ditahbiskan sebagai Sastrawan Sufi, sejak menerbitkan sebuah buku sastra berjudul Sekumpulan Cerita Pendek Mawar Hitam pada 2015. Buku berjudul Surat Cinta dari Rindu ini merupakan kumpulan puisinya yang kedua setelah Sekumpulan Puisi Asal Muasal Pelukan pada 2016, dan buku kesepuluh yang telah ditulisnya. Dilahirkan di Solo pada 25 Maret 1978, Gus Can--sapaan akrabnya adalah seorang sufi yang bergiat di bidang ke susastraan, kesenian, kebudayaan, dan kespiritualan. Pengalaman jurnalistik di sejumlah media cetak nasional, berbahasa Indonesia dan Inggris selama satu dasawarsa mendorongnya kreatif dan produktif menulis. Selain puisi dan cerita pendek, Gus Can juga telah menerbitkan kumpulan haiku bertajuk Fatwa Rindu, Cinta 1001 Rindu, dua novel, yaitu Mustika Naga dan Layla, dan sebuah buku kumpulan esai berjudul Republik Ken Arok.
Dalam berkesenian, Gus Can mulai hadir dengan melahirkan sebuah album religi berjudul Kidung Sufi Samudera Cinta yang langsung menunjukkan keberagamannya dengan melibatkan belasan maestro dalam karya pada 2012 ini. Disusul kemudian dengan album Kidung Sufi Doa-Doa yang dia garap di sela-sela tur konser dengan legenda hidup musik Indonesia, Iwan Fals, pada 2013. Setahun kemudian, Gus Can merilis Extended Play berjudul Energy for Life yang diproduksi di Melbourne, Australia. Di penghujung tahun yang sama, dia dianugerahi Piala Vidia untuk kategori Penata Musik Terbaik pada Festival Film Indonesia 2014. Pada 2017, Gus Can kembali hadir dengan album terbaru, yaitu Cintakustik. Karya-karyanya dalam bermusik juga dapat dinikmati di sejumlah video musik. Gemar berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman kepada siapa pun, Gus Can berkeliling ke pesantren-pesantren menyelenggarakan program Santri Bernyanyi. Dia pun tak segan untuk belajar kepada siapa pun, salah satunya dengan berkolaborasi dengan seniman dari berbagai genre di berbagai daerah. Dia juga memanfaatkan tayangan televisi untuk menebarkan Cinta dan Kasih Sayang. Sejak 2017, Gus Can merintis majelis ngaji budaya bertajuk Suluk Badran di lingkungan kampung halamannya. Dia juga berkhidmat sebagai Wakil Ketua Lembaga Seni dan Budaya Muslim Indonesia pada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Lesbumi PBNU) periode 2015-2020. Dia juga turut mendirikan organisasi profesi untuk penulis di tanah air, yaitu Satupena akronim dari Persatuan Penulis Indonesia.
Kehidupan Gus Can memang lekat dengan spiritualitas tasawuf yang telah dia pelajari sejak kecil. Mulai mengenal dunia kebatinan Islam dari keluarganya, dia hingga kini masih terus belajar dari belasan mursyid. Sangat menyukai sowan kepada kiai dan ziarah kepada waliullah, Gus Can percaya kepada doa dan keberkahan manusia-manusia pilihan yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya itu. Makrifat Cinta, Menyambut Kematian, Ikhlaskanlah Allah, dan Meditasi, Mengenal Diri Kita Sendiri, adalah empat buku yang telah ditulisnya untuk mengabadikan pengetahuan, perenungan, dan pengalamannya di dunia spiritual. Gus Can menyiapkan buku berikutnya, sebuah kumpulan catatan yang berjudul Mengislamikan Islam untuk menandai usianya yang ke-40.
KEUNGGULAN BUKU:
Buku kumpulan puisi ini masuk nominasi sebagai BUKU PUISI PILIHAN ANUGERAH HARI PUISI INDONESIA 2017.
Endorsment:
"Lewat kata demi kata yang bersahaja, puisi-puisi Candra Malik mengajak saya menempuh perjalanan pulang ke dalam diri. Semua rindu, sepi, rapuh, dan luka bagaikan penawarnya sekaligus. Saya dituntun untuk mengalami realitas cinta."
-Sha Ine Febriyanti
"Buku ini apik. Penuh dengan rasa sensitif yang familier dan dekat dengan kita. Tidak terlalu kompleks, mengena di hati pembaca seperti saya. Apresiasi tinggi untuk karya ini."
-Oka Antara
"Puisi Gus Can memang selalu bisa dipersepsikan sebagai keindahan meski menghadirkan suasana kesunyian. Kenapa? Karena gelora aroma kopi dan tembakaumu yang selalu bercinta."
-Ria Irawan
"Satu hal yang membuat saya selalu menyukai tulisan Gus Candra, kata dan kalimatnya sederhana tapi penuh makna. Itu pula yang saya temukan dalam buku ini."
-Anji
"Saya sungguh menikmati setiap kata-kata dalam buku ini. Karya yang harus dimiliki."
-Armand Maulana
kala menulis Surat Cinta,
takkan tertulis Rindu
sebagai namaku.
Surat Cinta dari Rindu, Candra Malik, 2017
TENTANG PENULIS:
CANDRA MALIK, oleh Begawan Sastra Indonesia, Profesor Budi Darma, ditahbiskan sebagai Sastrawan Sufi, sejak menerbitkan sebuah buku sastra berjudul Sekumpulan Cerita Pendek Mawar Hitam pada 2015. Buku berjudul Surat Cinta dari Rindu ini merupakan kumpulan puisinya yang kedua setelah Sekumpulan Puisi Asal Muasal Pelukan pada 2016, dan buku kesepuluh yang telah ditulisnya. Dilahirkan di Solo pada 25 Maret 1978, Gus Can--sapaan akrabnya adalah seorang sufi yang bergiat di bidang ke susastraan, kesenian, kebudayaan, dan kespiritualan. Pengalaman jurnalistik di sejumlah media cetak nasional, berbahasa Indonesia dan Inggris selama satu dasawarsa mendorongnya kreatif dan produktif menulis. Selain puisi dan cerita pendek, Gus Can juga telah menerbitkan kumpulan haiku bertajuk Fatwa Rindu, Cinta 1001 Rindu, dua novel, yaitu Mustika Naga dan Layla, dan sebuah buku kumpulan esai berjudul Republik Ken Arok.
Dalam berkesenian, Gus Can mulai hadir dengan melahirkan sebuah album religi berjudul Kidung Sufi Samudera Cinta yang langsung menunjukkan keberagamannya dengan melibatkan belasan maestro dalam karya pada 2012 ini. Disusul kemudian dengan album Kidung Sufi Doa-Doa yang dia garap di sela-sela tur konser dengan legenda hidup musik Indonesia, Iwan Fals, pada 2013. Setahun kemudian, Gus Can merilis Extended Play berjudul Energy for Life yang diproduksi di Melbourne, Australia. Di penghujung tahun yang sama, dia dianugerahi Piala Vidia untuk kategori Penata Musik Terbaik pada Festival Film Indonesia 2014. Pada 2017, Gus Can kembali hadir dengan album terbaru, yaitu Cintakustik. Karya-karyanya dalam bermusik juga dapat dinikmati di sejumlah video musik. Gemar berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman kepada siapa pun, Gus Can berkeliling ke pesantren-pesantren menyelenggarakan program Santri Bernyanyi. Dia pun tak segan untuk belajar kepada siapa pun, salah satunya dengan berkolaborasi dengan seniman dari berbagai genre di berbagai daerah. Dia juga memanfaatkan tayangan televisi untuk menebarkan Cinta dan Kasih Sayang. Sejak 2017, Gus Can merintis majelis ngaji budaya bertajuk Suluk Badran di lingkungan kampung halamannya. Dia juga berkhidmat sebagai Wakil Ketua Lembaga Seni dan Budaya Muslim Indonesia pada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Lesbumi PBNU) periode 2015-2020. Dia juga turut mendirikan organisasi profesi untuk penulis di tanah air, yaitu Satupena akronim dari Persatuan Penulis Indonesia.
Kehidupan Gus Can memang lekat dengan spiritualitas tasawuf yang telah dia pelajari sejak kecil. Mulai mengenal dunia kebatinan Islam dari keluarganya, dia hingga kini masih terus belajar dari belasan mursyid. Sangat menyukai sowan kepada kiai dan ziarah kepada waliullah, Gus Can percaya kepada doa dan keberkahan manusia-manusia pilihan yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya itu. Makrifat Cinta, Menyambut Kematian, Ikhlaskanlah Allah, dan Meditasi, Mengenal Diri Kita Sendiri, adalah empat buku yang telah ditulisnya untuk mengabadikan pengetahuan, perenungan, dan pengalamannya di dunia spiritual. Gus Can menyiapkan buku berikutnya, sebuah kumpulan catatan yang berjudul Mengislamikan Islam untuk menandai usianya yang ke-40.
KEUNGGULAN BUKU:
Buku kumpulan puisi ini masuk nominasi sebagai BUKU PUISI PILIHAN ANUGERAH HARI PUISI INDONESIA 2017.
Endorsment:
"Lewat kata demi kata yang bersahaja, puisi-puisi Candra Malik mengajak saya menempuh perjalanan pulang ke dalam diri. Semua rindu, sepi, rapuh, dan luka bagaikan penawarnya sekaligus. Saya dituntun untuk mengalami realitas cinta."
-Sha Ine Febriyanti
"Buku ini apik. Penuh dengan rasa sensitif yang familier dan dekat dengan kita. Tidak terlalu kompleks, mengena di hati pembaca seperti saya. Apresiasi tinggi untuk karya ini."
-Oka Antara
"Puisi Gus Can memang selalu bisa dipersepsikan sebagai keindahan meski menghadirkan suasana kesunyian. Kenapa? Karena gelora aroma kopi dan tembakaumu yang selalu bercinta."
-Ria Irawan
"Satu hal yang membuat saya selalu menyukai tulisan Gus Candra, kata dan kalimatnya sederhana tapi penuh makna. Itu pula yang saya temukan dalam buku ini."
-Anji
"Saya sungguh menikmati setiap kata-kata dalam buku ini. Karya yang harus dimiliki."
-Armand Maulana
Goodreads Review Surat Cinta Dari Rindu
WHY CHOOSE US?
TERLENGKAP + DISCOUNTS
Nikmati koleksi Buku Sastra terlengkap ditambah discount spesial.
Nikmati koleksi Buku Sastra terlengkap ditambah discount spesial.
FAST SHIPPING
Pesanan Anda segera Kami proses setelah pembayaran lunas. Dikirim melalui TIKI, JNE, POS, SICEPAT.
Pesanan Anda segera Kami proses setelah pembayaran lunas. Dikirim melalui TIKI, JNE, POS, SICEPAT.
BERKUALITAS DAN TERPERCAYA
Semua barang terjamin kualitasnya dan terpercaya oleh ratusan ribu pembeli sejak 2006. Berikut Testimonial dari Pengguna Jasa Bukukita.com
Semua barang terjamin kualitasnya dan terpercaya oleh ratusan ribu pembeli sejak 2006. Berikut Testimonial dari Pengguna Jasa Bukukita.com
LOWEST PRICE
Kami selalu memberikan harga terbaik, penawaran khusus seperti edisi tanda-tangan dan promo lainnya
Kami selalu memberikan harga terbaik, penawaran khusus seperti edisi tanda-tangan dan promo lainnya