Momlit: Take It Like A Mom

Wanita karier, make-up sempurna, selalu tampil modis, tanpa bulu kaki, perfect! Lupakan, lupakan, lupakan! Annie harus menyingkirkan sosok masa lalunya sebelum Robby hadir di dunia ini. Mencukur bulu kaki? Boro-boro, bisa mandi dengan tenang saja sudah sebuah anugerah di tengah kerepotan mengurus balita superaktif kecintaannya. Ia butuh jeda.

Di tengah masa-masa merindukan me time itu, dua berita mengejutkan datang bersamaan. Ia hamil lagi, dan suaminya di-PHK. Mengurus satu saja rasanya luar biasa. Lalu, apakabar biaya persalinan dan kebutuhan bayi serta balita? Badai mana lagi yang lebih buruk dari ini?

Belum lagi tahun ini Robby akan masuk preschool. Percayalah memilih sekolah untuk anak, menghadapi politik sekolah, serta persaingan dengan anak dan ibu lainnya di saat hamil itu, sungguh melelahkan!

Stephanie Stiles adalah seorang profesor Bahasa Inggris di Dominican College, New York. Di sana dia menjadi kepala fakultas dan memimpin program penulisan kreatif. Puisi, fiksi, dan nonfiksinya yang memenangi penghargaan banyak muncul di berbagai antologi kontemporer dan jurnal. Dia menerima gelar doktor Sastra Inggris abad ke-19 dari New York University dan sekarang tinggal dengan suami, anak laki-laki, dan bayi perempuannya di utara New Jersey.

Keunggulan
Kisah Annie di Take It Like a Mom sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari seorang ibu rumah tangga, penuh dengan kerepotan yang membahagiakan. Stephanie Stiles menuturkan potret ibu muda dengan gaya cerita yang mengalir dan kocak. Konflik rumit dibangun pun, akan membuat pembaca tidak akan mau berhenti hingga halaman terakhir!

Stiles mengabadikan kisah drama seorang wanita suburban yang menakjubkan. Sebuah ode untuk ibu rumah tangga!
Publishers Weekly

Annie adalah seorang pengaca wanita yang sukses, modis, hanya mengenakan pakaian yang di dry cleaning, dan selalu rajin mencukur bulu kakinya. Tapi, itu dulu. Sebelum ia memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga, dengan satu putra kebanggaannya, Robby.

Saat Robby berusia tiga tahun, tanpa sengaja Annie mengetahui bahwa dirinya hamil. Anak kedua akan segera hadir di tengah keluarga kecil itu. Entah harus senang atau sedih. Namun, Annie merasa waktu tiga tahun pun belum cukup rasanya untuk beradaptasi dengan kehidupan barunya sebagai ibu rumah tangga dengan satu orang balita.

Bertepatan dengan kabar itu, Annie harus menelan kabar pahit bahwa suaminya baru saja di-PHK. Badai mana lagi yang lebih buruk dari ini? Belum lagi, ia dan beberapa teman ibu-ibunya sedang sibuk memilik sekolah balita untuk anaknya, juga harus menghadapi politik di sekolah Robby.

Yang bisa Annie lakukan hanyalah menghadapinya seperti layaknya seorang ibu, kuat!