The Iron Empress

Salju di bumi Goryeo kini mulai mencair. Nurung berkicau riang dan bunga liar pun mekar penuh warna, siap menyambut musim semi yang datang membawa angin hangat. Namun, ketenteraman pergantian musim itu tidak terasa di Istana Kaesong.

Dinasti Goryeo yang dipimpin Kaisar Mokjong sedang mengalami perpecahan. Konflik di dalam istana membuat rakyat gelisah. Ibu Suri Cheon-chu yang ambisius dan licik berusaha mempertahankan kekuasaannya dengan segala cara, termasuk jika harus mengkhianati putranya sendiri.

Perang pun meletus di ibu kota. Istana terbagi ke dalam dua kubu. Kudeta, pengasingan, dan pembunuhan menodai sejarah dengan tragedi.

Di bawah bayang-bayang sang ibu Suri yang bertangan besi, mampukah Goryeo mempertahankan kejayaannya?

Kang Byung-sang tamat dari Universitas Nasional Pendidikan Busan, beliau berprofesi sebagai guru SD.
Pada awal kariernya, penulis memenangkan penghargaan Karya Sastra Kompilasi di Dunia Pendidikan kategori Pendatang Baru pada 1991 dengan karya esainya yang berjudul Naengkongguk (Sup Kacang Kedelai). Penulis menerbitkan sejumlah buku kompilasi, termasuk di antaranya dua buku best-seller yang mendapat penghargaan, yaitu Jendela Terbuka itu Memperlihatkan Dada dan novel tentang anak laki-laki Anak Laki-Laki yang Pergi ke Pemandian Wanita.
Selain itu, penulis juga melahirkan karya berupa novel sejarah bertema perjuangan berlatar belakang masa awal Dinasti Goryeo yang berjudul Seoljukhwa, Sang Pejuang Wanita dan novel The Iron Empress secara bersamaan.

Novel ini telah diangkat menjadi drama.
Mengangkat kisah hidup seorang Permaisuri yang penuh kontroversi dengan usaha dan ambisinya dalam mempertahankan kekuasaan.