Menemui Allah

Agama
Adalah Akal (ad dinu huwa al aql), tidak ada agama bagi orang yang
tidak mempunyai akal (la dina liman la aqla lahu). Tanpa akal agama
hanya berputar pada perkiraan demi perkiraan. Agama yang menggunakan
akal, akan mengantar manusia pada pembuktian. Melalui pembuktian inilah
keyakinan atau iman menjadi kokoh dan mantab. Keyakinan yang mendorong
dari belakang, mengoreksi dalam deviasi, serta meluruskan bila terjadi
penyimpangan.

Lalu apakah akal itu ?

Memasuki
sifat 20, Islam tidak lagi terikat tempat, zaman, ataupun bahasa. Islam
tidak lagi dibatasi oleh ras dan suku bangsa tertentu. Islam adalah
milik pemeluknya, yang sejatinya merupakan milik Allah. Bagi setiap umat
yang berkeinginan untuk mengenal agamanya, hendaklah ia mengenal
Tuhannya. Setiap yang mengenal Tuhannya, hendaklah dia punya ilmu, baik
ilmu dunia terutama ilmu laduni. Agama tidak seharusnya disebarkan
dengan kasar dan keras, karena sesungguhnya agama berisikan kedamaian,
yang akan membuat damai pemeluknya.

"Barangsiapa
yang mengharap pertemuan dengan Allah, Maka Sesungguhnya waktu (yang
dijanjikan) Allah itu pasti datang, dan Dialah yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui" Alquran Surat AlAnkabut (29) ayat 5

KH. Amiruddin Syah
lahir di bumi Sijunjung, Sumatra Barat pada tanggal 8 November 1939.
Sepanjang hidupnya beliau merupakan seorang Ulama yang amat produktif,
tidak kurang dari 20 judul buku telah dihasilkan, seperti Menemui Allah,
Menitis Puisi Sufi, Hikmah Dzikrullah, Mi'raj Ruh, Tuhan Yang Maha Esa
dalam Pancasila, Marhaban ya Tuhan, Psikologi Nabi Musa, Mencapai
Nikmatnya Shalat, dan lain sebagainya. Sebagian besar karya beliau
bertemakan Islam, khususnya Kajian Tasawuf. Selain berdakwah dalam
bentuk buku atau literasi, KH Amiruddin Syah juga aktif mengajar
diberbagai tempat dengan latar belakang murid yang berbeda-beda. Murid
beliau tersebar diberbagai tempat di Indonesia, hingga ke mancan negara,
seperti Malaysia dan Brunai Darussalam.  Guna memfasilitasi berbagai
macam kegiatan tersebut, kemudian didirikanlah Institut Kajian Tasawuf
Az Zukhruf pada tahun 2007 di Jakarta.