Baiti Jannati

Suatu ketika Rasulullah mengirimkan sebuah hadiah kepada Zainab, istrinya. Namun hadiah itu ditolak oleh Zainab dan dikembalikan kepada beliau. Seorang istri, tempat beliau menginap saat itu, berkata, Sungguh Zainab telah menghina dan meremehkan Anda. Dengan nada marah Rasulullah menjawab, "Sungguh kalian lebih remeh di hadapan Allah daripada mampu meremehkan diriku."
Setelah peristiwa itu beliau memisahkan diri dari istri-istrinya selama sebulan.

Tak ada rumah tangga yang dibangun dengan mulus tanpa gesekan. Karena rumah tangga sakinah mawaddah wa rahmah bukannya yang tanpa masalah. Rumah tangga Nabi Saw. sekalipun juga pernah didera masalah. Kisah di atas adalah salah satu contoh masalah rumah tangga Nabi.

Persoalan dalam rumah tangga bisa saja muncul antara suami dan istri, orangtua dan anak, menantu dan mertua, atau selainnya. Hubungan antarmanusia memang berpeluang menimbulkan gesekan, bahkan bisa menjadi permusuhan bila tidak diselesaikan dengan baik. Maka, hanya rumah tangga yang dapat menyelesaikan berbagai permasalahanlah yang akan menuai kebahagiaan.

Buku ini menjawab masalah-masalah yang mungkin muncul dalam membina rumah tangga. Agar rumah menjadi tempat bernaung, tempat berkumpul, dan surga bagi anggota keluarganya. 

Terlahir dari keluarga yang terhormat. Ibunya, Fathiyah Hanim binti Ali bin `Id, seorang wanita yang dikenal berakhlak baik, selalu menjaga shalat dan puasa sejak masuk usia balig. Ayahnya, Syaikh Jum`ah bin Muhammad, seorang ahli fiqih lulusan dari Fakultas Hukum Universitas Kairo.

Syaikh Ali Jum`ah dibesarkan dalam didikan kedua orangtuanya yang mengajarkan tentang ilmu dan takwa, serta akhlak dan kemuliaan. Sejak kecil, beliau terbiasa dengan banyaknya buku di perpustakaan ayahnya, bahkan hingga saat ini banyak dari buku warisan ayahnya masih tersimpan dengan baik di perpustakaan pribadi beliau.

Beliau memulai perjalanan intelektualnya pada usia lima tahun. Beliau mendapatkan ijazah madrasah ibtidaiyah pada 1963 dan mendapatkan ijazah madrasah tsanawiyah pada 1966 di Kota Bani Suef. Di sana beliau menghafalkan Al-Quran kepada beberapa syaikh hingga selesai pada 1969.

Setelah menamatkan MTS (1966), beliau berpindah ke Kota Kairo bersama kakak perempuannya yang masuk ke Fakultas Arsitektur di Universitas Kairo. Syaikh Ali Jum`ah muda menamatkan jenjang pendidikan madrasah aliyah pada 1969. Kemudian, masuk ke Universitas `Ainu Syams dan mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Perdagangan pada bulan Mei 1973.

Setelah mendapatkan gelar sarjana, beliau belajar di Al-Azhar. Di sana beliau bertemu dengan para guru dan masyayikh. Kepada merekalah beliau menghafal berbagai kitab ilmu-ilmu dasar, seperti kitab Tuhfatul Athfal dalam Ilmu Tajwid, kitab Alfiyah Ibnu Malik dalam Ilmu Nahwu, kitab Al-Rahabiyah dalam Ilmu Waris, kitab Al-Ghayah wa Al-Taqrib dalam Ilmu Fiqih, Al-Mandzumah Al-Bayquniyah dalam Ilmu Mustalah Hadis, dan beberapa ilmu dasar lain yang menjadi awal batu loncatan beliau dalam melangkah ke jenjang yang lebih tinggi.

Beliau mendapatkan gelar sarjana (License) dari Fakultas Dirasat Islamiyah wa Al-`Arabiyah Universitas Al-Azhar Kairo pada 1979. Kemudian, beliau melanjutkan pendidikannya di pascasarjana Universitas Al-Azhar Kairo Fakultas Syari`ah wa Al-Qanun dengan spesifikasi Ushul Fiqih hingga mendapatkan gelar Master pada 1985 dengan peringkat cum laude. Kemudian, beliau mendapatkan gelar Doktor pada bidang yang sama dari universitas yang sama pada 1988 dengan peringkat summa cum laude. Di samping itu, beliau juga selalu menghadiri majelis ilmu di Masjid Al-Azhar untuk mempelajari berbagai cabang ilmu dari pengajian di sana.

Syaikh Ali Jum`ah pernah menjabat sebagai Grand Mufti Republik Arab Mesir dari 2003 sampai 2013, Anggota Majma' Al-Buhuts Al-Islamiyyah mulai tahun 2004 sampai sekarang, Anggota Majma' Al-Fiqh dalam mu'tamar Islam di Jeddah, Guru besar Ushulul Fiqih kuliah Dirasat Islamiyyah wal Arabiyyah lil banin Universitas Al-Azhar, Anggota Mu'tamar Fiqih Islam di India dan Sekjend Hai'ah Kibar Ulama (Dewan Ulama Senior Al Azhar).