Di Lengkung Alis Matamu
DESCRIPTION
Puisi sederhana bukan puisi gampangan. Ted Kooser, yang pernah menjadi Poer Laureate America, mencapai kesederhanaan itu dengan merevisi sajaknya berulang kali sampai pada kadar kesederhanaan yang ingin ia capai. Ia menguji kesederhanaan itu pada seorang pembaca tetap, yakni sekretaris di kantor perusahaan asuransi tempatnya bekerja sampai pensiun. Johannes Sugianto menguji sajak-sajaknya lewat buku ini. Pembacalah yang berhak memberi penilaian. Pada beberapa sajak, kesederhanaan pengucapan saya berhasil ia capai. (Hasan Aspahani, pemilik blog sejuta puisi.blogspot.com) Lewat puisi, Johannes mencerna keseharian hidup yang jauh dari kesan menyenangkan. Ia mengurai kembali pengalaman dan pandangannya terhadap orang-orang terdekatnya, negaranya, kepercayaannya, juga dirinya sendiri. Tema yang diangkatnya seringkali pedih namun tak mendayu. Ia bertutur dengan majas yang bersahaja, mudah dimengerti, sehingga pembaca tak melulu diajaknya malara, tapi diantar melihat serta merasakan keindahan di balik kegetiran. Realis, tanpa kehilangan romantisme, jujur tetapi tetap cantik, pahit sekaligus menyemangati. Jika bukan sebuah ode untuk hidup, kumpulan puisi ini adalah keberhasilan mengubah kesulitan menjadi lambang inspirasi. (Gratiagusti Chananya Rompas, pendiri Komunitas Puisi Bunga Matahari) Lirik-lirik Joe dalam buku ini adalah catatan perjalanan seorang lelaki, dimana dia meletakkan letihnya sembari berbincang dengan sepi. Sajak-sajaknya adalah fermentasi air mata, nanah luka hati, juga ratapan. Seperti anggur, sajak-sajaknya secara lembut akan membuat dada kita menghangat dalam setiap sesapan (TS Pinang, penyair, Yogyakarta) Menggauli sajak-sajak Johannes Sugianto seperti menengadah melihat layang-layang yang sedang 'tegak tinggi tali'. Kadang tinggi, tapi tampak dekat, kadang dekat tapi tampak tinggi. Ranah jelajahnya jauh, titik galiannya dalam, gairah puitiknya menggebu seperti riuh angin halimbubu. (Damhuri Muhammad, cerpenis, Jakarta) *** Johannes Sugianto, lahir di Bojonegoro dan besar di Malang. Sejak kecil sudah senang membaca berbagai buku, dan mulai menulis saat menjadi wartawan setelah hijrah ke Jakarta. Puisi ditulisnya justru setelah lama berhenti menjadi wartawan, yang disebutnya 'terlambat tapi kata-kata mengalir bagai sumbat keran yang dibuka'. Karya-karyanya dimuat di berbagai milis cyber seperti Bunga Matahari, Sejuta-jiwa, Apresiasi Sastra, Penyair, Fordisastra, Puitika.net, dan media massa seperti Suara Pembaruan, Batam News, tabloid Indo HelPer (Hongkong) dan situs pribadi www.blue4gie.com. Bersama penyair lainnya puisinya termuat dalam "Antologi Empati Yogya" dan "Jogja 5,9 Skala Richter". Saat ini bekerja sebagai staf Public Relations sebuah perusahaan di Jakarta.
WHY CHOOSE US?
Nikmati koleksi Buku Kumpulan Puisi terlengkap ditambah discount spesial.
Pesanan Anda segera Kami proses setelah pembayaran lunas. Dikirim melalui TIKI, JNE, POS, SICEPAT.
Semua barang terjamin kualitasnya dan terpercaya oleh ratusan ribu pembeli sejak 2006. Berikut Testimonial dari Pengguna Jasa Bukukita.com
Kami selalu memberikan harga terbaik, penawaran khusus seperti edisi tanda-tangan dan promo lainnya