Genggamlah Tanganku

We've almost sure that you have a bipolar instead of schizophrenia," katanya. "Oh," kataku pura-pura mengerti. Aku memang tidak mengetahui apapun tentang penyakit
bipolar. Aku juga tidak mengerti apapun tentang penyakit schizophrenia. Yang jelas, menderita gangguan jiwa berat memang tidak cnak.Jauh dari kata menyenangkan.

Kemudian pembicaraan beralih tentang Yuslan. Aku bercerita pada mereka bahwa Yuslan menjalani operasi craniothomy di kepala akibat benturan karena kecelakaan sepeda motor. Setelah itu kudengar kabar bahwa ibunya meninggal di Halmahera Selatan sana. Padahal ibunya itulah yang selama ini mcnopang kuliah Yuslan. Setelah itu aku sibuk dengan kuliahku sendiri sehingga tidak sempat tahu kelanjutan kuliah Yuslan yang malang itu. Sejak mengerjakan skripsi aku bahkan tidak ingat lagi apabila mempunyai seorang teman yang bernama Yuslan.

"Yuslan sekarang menggelandang di sini, Fer," kata Mas Agus, seorang mantan mahasiswa Fisipol.

Aku kembali merenung, akhirnya kutuliskan sebuah rangkaian kata untuk judul novelku. Kali ini aku cukup merasa nyaman. Folder yang berisi catatan-catatanku yang terserak itu kuberi nama, "CENCCAMLAH TANGANKU". Kumatikan laptop dan mulai beristirahat.